SANTRIMENARA.COM, KUDUS – Halaqoh Kubro Iksab (Ikatan Siswa Abiturien) TBS 2017 telah usai digelar. Halal Bi Halal sebagai acara puncaknya dihadiri oleh alumni TBS dari berbagai wilayah di Indonesia. Banyak hikmah yang dapat kita petik dari even besar Halaqoh Kubro dan mauidhoh hasanah yang disampaikan oleh lima masyayikh (kiai sepuh) madrasah TBS Kudus. Diantara hikmah tersebut adalah kisah sahabat Uksyah yang disampaikan oleh KH Hasan Fauzi. Berikut kisah selengkapnya:
Pada saat ajal Rasulullah SAW sudah dekat, Beliau menyuruh Bilal adzan untuk mengerjakan salat. Lalu berkumpullah para Muhajirin dan Anshar di Masjid Rasulullah. Kemudian Beliau menunaikan salat dua rakaat bersama semua yang hadir. Setelah selesai salat, Beliau bangkit lalu naik ke atas mimbar, seraya bersabda “Alhamdulillah, wahai para muslimin, sesungguhnya saya adalah seorang nabi yang diutus dan mengajak manusia kepada jalan Allah dengan ijin-Nya. Saya ini adalah saudara kandung kalian, kasih sayangku pada kalian seperti seorang ayah pada anaknya. Oleh karena itu kalau ada siapapun di antara kalian yang mempunyai hak untuk menuntut, maka hendaklah ia berdiri dan membalasku, sebelum saya dituntut di hari kiamat.”
Rasulullah berkata demikian sebanyak 3 kali, kemudian bangkitlah seorang lelaki bernama ‘Ukasyah bin Mihshan dan berkata: “Demi ayahku dan ibuku ya, Rasulullah SAW, kalau anda tidak mengumumkan kepada kami berkali-kali soal ini, sudah tentu saya tidak mau mengemukakan hal ini.”
Lalu ‘Ukasyah berkata lagi: “Sesungguhnya dalam Perang Badar saya turut bersamamu ya Rasulullah, pada saat itu saya mengikuti onta Anda dari belakang. Setelah dekat, saya pun turun menghampiri Anda dengan tujuan supaya saya dapat mencium paha Anda. Tetapi Anda telah mengambil tongkat dan memukul onta Anda untuk berjalan cepat. Pada saat itu saya pun Anda pukul dan pukulan itu mengenai tulang rusuk saya. Oleh karena itu saya ingin tahu, apakah Anda sengaja memukul saya atau hendak memukul onta tersebut.” Rasulullah SAW berkata kepada Bilal: “Wahai Bilal, pergilah engkau ke rumah Fatimah dan ambilkan tongkatku.”
Saat keluar dari masjid menuju rumah Fatimah, bilal meletakkan tangannya di atas kepala seraya berkata dengan begitu sedihnya: “Duhai,…Rasulullah SAW telah mempersiapkan dirinya untuk dibalas (diqishash).” Ketika Bilal sampai di rumah Fatimah, Bilal memberi salam dan mengetuk pintu. Kemudian Fatimah menyahut dengan berkata: “Siapakah yang ada di pintu?” Bilal menjawab: “Saya Bilal, saya telah diperintah Rasulullah untuk mengambil tongkat Beliau.” Kemudian Fatimah berkata: “Wahai Bilal untuk apa ayahku minta tongkatnya.” Berkata Bilal: “Wahai Fatimah Rasulullah telah menyiapkan dirinya untuk diqishash.” Fatimah berkata lagi: “Wahai Bilal siapakah manusia yang sampai hati mengqishash Rasulullah SAW?” Bilal tidak menjawab pertanyaan Fatimah. Setelah Fatimah memberikan tongkat tersebut, Bilal pun membawa tongkat itu ke hadapan Rasulullah SAW.
Setelah Rasulullah SAW menerima tongkat tersebut dari Bilal, beliau pun menyerahkan pada ‘Ukasyah. Melihat kejadian mengharukan ini, Abu Bakar dan Umar bin Khattab tampil ke hadapan sambil berkata: “Ukasyah janganlah engkau qishash Baginda Nabi, tetapi engkau qishashlah kami berdua.” Ketika Rasulullah SAW mendengar kata-kata Abu Bakar dan Umar, dengan segera Beliau berkata: “Wahai Abu Bakar, Umar, duduklah engkau berdua, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatnya untuk engkau berdua.” Kemudian Ali berdiri, lalu berkata: “Wahai ‘Ukasyah! Aku adalah orang yang senantiasa berada di samping Rasulullah SAW, oleh karena itu, engkau pukullah aku dan janganlah engkau mengqishash Rasulullah.” Lalu Rasulullah SAW berkata: “Wahai Ali, duduklah engkau, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatmu dan mengetahui isi hatimu.” Setelah itu Hasan dan Husein berdiri dan berkata: “Wahai ‘Ukasyah, bukankah engkau tahu bahwa kami ini adalah cucu Rasulullah, kalau engkau mengqishash kami sama dengan engkau mengqishash Rasululullah SAW.” Mendengar kata-kata dari cucunya, Rasulullah SAW pun berkata: “Wahai buah hatiku, duduklah engkau berdua.”
Rasulullah SAW pun bersabda: “Wahai ‘Ukasyah pukullah saya kalau engkau hendak memukul.” Kemudian ‘Ukasyah berkata: “Ya, Rasulullah SAW, Anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju.” Lantas, Rasulullah pun membuka baju. Setelah Beliau membuka baju, menangislah semua yang hadir. Saat ‘Ukasyah melihat tubuh Rasulullah SAW yang bersinar terang, ia pun mencium Beliau dan berkata: “Saya tebus Anda dengan jiwa saya, ya Rasulullah SAW. Siapakah yang sanggup memukul Anda? Saya melakukan ini karena saya ingin menyentuh (memeluk) tubuh Anda yang dimuliakan oleh Allah SWT dengan badan saya. Dan semoga Allah SWT menjaga saya dari neraka atas kehormatanmu.”
Kemudian Rasulullah SAW berkata: “Dengarlah engkau sekalian, sekiranya engkau hendak melihat ahli surga, inilah orangnya.” Lantas bangkit berdirilah kaum Muslimin beramai-ramai mencium ‘Ukasyah di antara kedua matanya. Setelah itu para sahabat pun berkata: “Wahai ‘Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah memperoleh derajat tinggi dan bertemankan Rasulullah SAW dalam surga.”
Dari kisah di atas dapat kita petik hikmah bahwa Rasulullah yang telah mencapai derajat jaminan surga tetap berbesar hati untuk meminta maaf atau meminta halal atas kekhilafan yang mungkin beliau lakukan dan siap untuk menerima hukuman apabila memang bersalah. Disamping itu kita juga dapat mengambil hukum bolehnya “ngalap berkah” dari orang mulia selain Rasulullah dengan bukti di hadapan Rasulullah para sahabat menciumi Ukasyah yang telah mendapat keberkahan dari Rasulullah SAW. (smc-777)