SANTRIMENARA.COM, KUDUS – Bahtsul Masail sebagai forum diskusi permasalahan aktual dengan referensi kitab salaf adalah tradisi santri dalam menentukan hukum agama disamping sebagai ajang silaturahim antar peserta diskusi (mubahits). Permasalahan yang dibahas dalam bahtsul masail selalu berkembang sesuai dengan problematika yang terjadi di masyarakat. Isu kebangsaan dan intoleransi yang lagi hangat pun tidak luput dalam pembahasan. Panitia Halaqoh Kubro Sub Bahtsul Masail Iksab (Ikatan Siswa Abiturien) TBS mengangkat “Tasamuh Dalam Pusaran Radikalisme” sebagai tema bahtsul masail yang akan dilaksanakan pada Rabu (05/07/2017) di Gedung MA TBS Kudus.
Sebelum bahtsul masail akan dilangsungkan Grand opening Halaqoh Kubro yang akan dimulai pukul 08.00 WIB di panggung utama acara dan akan dibuka oleh pengurus yayasan TBS, KH. Choirozyad Turaichan Adjhuri. Agenda bahtsul masail rencananya akan dibagi dalam 2 jalsah sampai sore hari.
Sebanyak 70 mubahits (peserta diskusi) alumni madrasah TBS akan ikut ambil bagian dalam bahtsul masail yang datang dari berbagai pondok pesantren ditambah guru-guru MI, MTs, dan MA TBS yang semuanya telah diberi undangan dan banyak yang telah mengkonfirmasi kehadirannya.
“Semoga bahtsul masail ini banyak alumni yang berpartisipasi guna memperkuat jaringan alumni serta membawa manfaat kepada madrasah TBS” tutur M. Hisnul Khitam selaku panitia Halaqoh Kubro Sub Bahtsul Masail.
Menurut Nur Said Ketua Iksab TBS Pusat dalam sambutannya saat mengikuti acara Manaqib dan Do’a Rasul persiapan Halaqoh Kubro Senin (03/07/2017) pukul 20.00 WIB menyatakan bahtsul masail kali ini menjadi sangat penting dan akan dinanti jawabannya oleh masyarakat karena masalah tasamuh atau toleransi adalah masalah yang aktual dan tidak hanya menjadi isu lokal namun akan menjadi isu Nasional. “Toleransi dan akulturasi budaya adalah warisan kangjeng Sunan Kudus. Sudah sepatutnya sebagai santri menara (sebutan bagi santri ideologi kangjeng Sunan Kudus) mendiskusikan warisan ajarannya sebagai pemahaman yang utuh.” lanjutnya menanggapi as’ilah bahtsul masail yang akan dibahas. (Na’im)
SantriMenara diharapkan menjadi pemersatu bangsa, pelestari budaya yang dikembangkan walisongo, sebagai pengejowantahan nilai Islam rahmatan lil alamin.
Saatnya para santri aksi nyata untuk bangsa, negara dan tatanan dunia yang aman dan damai Bukan hanya sebagai penonton tetapi juga sebagai agent of social change…smoga Allah memberi hidayah untuk kita semua…
Subhanallah.. menyejukkan, semoga santri menara menjadi mendia pencerah bagi santri nusantara.. amin ya rob..