SANTRIMENARA.COM, KUDUS – Ribuan jamaah Pengajian Kebangsaan dalam rangka Peringatan Maulid Nabi dan Haul Eyang Suryo Kusumo pada Selasa (21/11) di pondok pesantren Nashrul Ummah Mejobo Kudus tidak beranjak dari tempat duduk meski sudah lewat tengah malam saat pembawa acara Waluyo menyampaikan Habib Luthfi bin Yahya dari Pekalongan telah hadir di kota Kudus.
Dengan kawalan ketat Banser dan Ansor Kabupaten Kudus, Habib Luthfi menuju panggung pukul 01.30 WIB bersama Ulama dan Habaib yang telah hadir sebelumnya.
Baca berita terkait Doa Yang Mustajab Keluar Dari Hati Yang Bersih
Dalam muqaddimah mauidhahnya Habib Luthfi menegaskan bahwa peringatan maulid adalah bagian dari rasa syukur kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan syukur kepada baginda Rasul.
Inti dari cinta kepada Allah adalah mengikuti Rasulullah, karena pintu cinta Allah adalah mengikuti Rasulullah. Sedangkan pintu mengikuti Rasulullah adalah cinta pada ahlul bait (anak cucu Nabi), para wali Allah dan Ulama.
Mengaku cinta pada ulama tapi tidak cinta pada ahlul bait beliau meragukan kecintaannya. Demikian pula sebaliknya, karena keduanya merupakan pintu mahabbah (cinta) kepada Rasulullah.
Dalam mengikuti baginda Nabi beliau arahkan kepada belajar sejarah Rasulullah. Mulai dari sejarah penciptaan Nur Muhammad sebelum Allah menciptakan makhluk lainnya, penciptaan makhluk lain dari Nurnya. Bahkan Nurul Ma’rifat juga diciptakan dari Nurnya. perjalanan mi’raj Nabi dan keistimewaan beliau dibanding makhluk lainnya.
Mengutip surat Ath Thariq beliau Habib Luthfi mengupas hubungan antara astronomi dengan anatomi manusia. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa jumlah sel otak manusia sebanding dengan jumlah bintang-bintang yang ada di Ath Thariq. Orang yang mampu mengoptimalkan sel pada otak 30 persen saja akan menjadi orang yang cerdas. Di sinilah letak perbedaan manusia biasa dengan kebesaran Rasulullah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bisa mengoptimalkan sel otaknya sampai 100 persen.
Habib Luhtfi mengajak hadirin untuk memperdalam pengetahuan akan kandungan Al Qur’an yang sangat luas. “Kita itu terlalu sibuk ngurusi pilkada, ngurusi perkhilafan tahlil, manaqib, ziarah kubur sementara bangsa lain telah meninggalkan kita sangat jauh dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan ekonomi” beliau mengingatkan.
Kepedulian Rasulullah kepada umat pada masanya berlanjut pada umat yang mencintainya hingga hari kiamat tampak nyata dari jawaban beliau terhadap salam dari Allah kepada Nabi “Assalamu’alaika Ayyuhannabiyyu Warahmatullahi Wabarakatuh” dengan balasan “Assalamu’alaina Wa ‘Ala Ibaadillahish Shalihin” keselamatan semoga atas kita dan hamba-hamba Allah yang shalih.
Dakwah Rasulullah sangat halus dan lembut. Tidak dengan membakar amarah sehingga semakin menambah hasudnya orang-orang kafir. Beliau mencontohkan kisah yahudi buta yang selalu disuapi Rasulullah meski dari mulutnya keluar cacian dan hinaan kepadanya karena tidak tahu hingga Rasulullah wafat. Kebiasaan Nabi ini dilanjutkan oleh Abu Bakar sehingga yahudi yang buta merasa aneh tidak seperti biasanya. Yahudi menanyakan keberadaan orang yang bisa menyuapinya yang ternyata adalah orang yang sering ia caci. Berkat kelembutan Rasulullah, Yahudi masuk Islam di tangan Abu Bakar.
Di akhir mauidhahnya Habib Luthfi mengingatkan hadirin untuk tidak melupakan jasa ulama dan pada wali dalam mempertahankan persatuan bangsa ini. Beliau menyayangkan sebagian orang yang mempermasalahkan cara memakai sorban Pangeran Diponegoro yang jelas jasanya terhadap kemerdekaan Indonesia. “Berita hoax jangan sampai menjadikan kita terpecah belah, tapi justru menjadikan kita semakin merapatkan barisan menjaga keutuhan NKRI” tandasnya. (smc-777)