SANTRIMENARA.COM, Pekalongan – Di hadapan para ulama dari Asia dan Afrika, Habib Luthfi bin Yahya bercerita bahwa bela negara (difa’ ‘an al-wathan) di Indonesia dulu menggunakan senjata seperti bambu runcing untuk melawan penjajah. Namun, pada saat ini bela negara harus merambah berbagai aspek seperti ekonomi, sosial, budaya hingga pendidikan. Demikian beliau sampaikan dalam Pembukaan Konferensi Internasional yang mengangkat tema “Bela Negara: Konsep dan Urgensinya dalam Islam” dilaksanakan hari ini, Rabu (27/7) di Gedung H. A. Djunaid, Kota Pekalongan.
Acara yang dilaksanakan oleh Jam’iyah Ahlith Thoriqah al-Mu’tabaroh an-Nahdliyah dihadiri ribuan ulama, kiai, santri, akademisi hingga pejabat sipil dan militer. “Anak-anak kita harus diberi pendidikan bela negara agar mereka cinta dengan tanah air,” imbuhnya.
Beliau juga menambahkan bahwa bela negara tidak hanya tugas militer saja. Semua unsur masyarakat, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) harus bekerja sama untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan begitu, maka semua elemen masyarakat akan mempertahankan dan membela negara di mana dan kapan pun. “Ukhuwah masyarakat harus dikedepankan jika ingin mewujudkan bela negara,” ujarnya. (smc-025)