beritaKitab

Mengenal Kitab Wadhoiful Mutaallim

2 Mins read

Santrimenara.com Kudus, Kitab “Wadhoiful mutaallim” adalah salah satu karya dari guru saya KH. Zainal Abidin Munawwir, kitab ini sering dibaca di pondok krapyak, terutama di bulan ramadhan, seperti ketika saya pernah ikut pengajian ini yang di baca oleh guru saya KH. Hilmy
Muhammad yg saat itu menyampaikan begini “saya heran degan mbah zainal, tidak pernah belajar di Arab tapi tulisan arabnya melebihi alumni Timteng”

Memang kitab yang membahas tentang pendidikan, tugas, adab santri atau guru selain kitab wadhoif sudah banyak, seperti ta’lim muta’allim, adabul alim wa mutaallim dll. Saya kira antar kitab tersebut saling melengkapi.

Dengan membaca kitab wadhoif, kita akan sedikit tau tentang strategi mbh zainal dalam pola Pendidikan-pembelajaran di Pesantren, terlebih didalam kitab ini beliau menghadirkan sekian banyak problem pendidikan pesantren-problem para santri dalam proses belajar disertai solusi-solusi yang didukung dengan dalil-dalil.

Jadi, kitab ini sangat relevan dibaca-diadopsi-dikembangkan khususnya di Indonesia yang punya ribuan pesantren demi menjaga tradisi keilmuan-kemajuan pesantren.

Disini, saya hanya ingin menghadirkan sedikit point-point yang saya kira penting, diantaranya:

  1. Setiap santri/pelajar harus punya visi untuk selalu menambah ilmu-meningkatkan kualitas-kemampuan, menaikkan levelnya ke tingkatan ilmu yang lebih tinggi.

Qultu: misal dari at taqrib-minhajut tholibin-al Umm.

  1. Setiap santri harus menyelesaikan semua jenjang yang disedikan pesantren, tidak boleh keluar sebelum tamat, kecuali jika memang ditempat lain ada kemungkinan mendapatkan ilmu yg lebih.
  2. Pembelajaran di pesantren tidak cukup hanya mengandalkan tatap muka dikelas dengan guru, pesantren harus menyelenggarakan diskusi-musyawaroh kitab atau kajian-kajian tema aktual (BM) antar santri.
  3. Pendidikan Pesantren tidak boleh dimaknai sebagai sebuah ketuntasan dalam belajar, pesantren hanya menyediakan kunci untuk membuka-mengarungi lautan ilmu yang tidak berujung.
Baca Juga  Mahasiswa IAIN Kudus Raih Juara Duta Genre Berbakat Putra Kabupaten Jepara 2021

Jangan sampai merasa sudah selesai-pintar ketika tamat dari pesantren, karena ilmu/kitab diluar pesantren masih banyak yang belum dikaji, jadi prinsip menambah ilmu yang dimiliki harus selalu ada pada santri.

Qultu : tamat/boyong dr pesantren justru menjadi moment krusial, yang akan menentukan sejauh mana ilmu yang akan dikuasai-keahlian yang dicakapi.

  1. Pesantren tidak boleh memberlakukan kurikulum secara tematik (mengambil bab-bab tertentu) yang berserakan di kitab-kitab.

Qultu: seyogyanya kitab dibaca dari awal sampai akhir (tuntas).

  1. Pesantren harus jeli-cermat dalam penentuan kurikulum kitab yang diajarkan, setidaknya berprinsip mendahulukan pelajaran yang paling penting dikaji terlebih dahulu, daripada yang lain, begitu seterusnya.
    Dari sini, beliau agak mengkritik pesantren yang terlalu mendalami kitab “alfiah” hingga bertahun-tahun, lalu lupa dengan ilmu yg lain, akhirnya hanya itu yang dikuasai dengan matang.
  2. Urutan pelajaran-kurikulum yg ditawarkan adalah:
    A, akidah-fiqh
    Qultu: tasawuf, karena masuk kategori ilmu yang wajib dipelajari.
    B. Al Qur’an beserta perangkat ilmu yang terkait, seperti : tafsir, usul fiqh dll.
    C. Al Hadist beserta perangkatnya.
    D. Ilmu lisan (nahwu,lughot, al bayan, al adab)
    E. Ilmu Umum/sains (georafi, biologi, teknologi dll)
    Qultu : dari sini terlihat jelas, betapa luasnya pandangan beliau.
  3. Jangan tergesa-gesa untuk mengajar-berdakwah, hanya karena tergiur dengan panggilan ustadz/kiai, apalagi sekarang banyak ditemui pengajar/da’i justru menjadi bahan tertawaan, karena bekal ilmu mereka yang sedikit,
    Menurut beliau sebisa mungkin menghindari aktifitas tersebut demi terus mencari-menambah ilmu yang dimiliki, kecuali jika memang benar-benar dibutuhkan untuk mengajar.
    Qultu : ketika sudah mengajar, seyogyanya masih terus ngaji-mutholaah dll demi bertambahnya ilmu.
  4. Pesantren harus terus mendorong para santri untuk tetap menghafal disertai pemahan yang kuat.

Kudus 14 maret 21_ fattah al jawi al muwahhid.

Baca Juga  Menag: Seleksi Mahasiswa Sarana Peningkatan Mutu PTKIN

Ustadz Nurul Fattah, S.H.I, MA. Iksab 2008, lulusan S2 Beirut Islamic University Of Liebanon

Komentar
Related posts
beritainfo

Gus Nadir Ajak Santri Indonesia Menjadi Teladan Dunia

2 Mins read
Dibaca: 37 Damaskus,– PCINU Suriah kembali menghadirkan perayaan Hari Santri Nasional dengan mengadakan webinar inspiratif bertema “Jangan Cuma Bangga Jadi Santri, Tapi…
beritainfoInternasional

PCINU Suriah Sukses Gelar Webinar Hari Santri

2 Mins read
Dibaca: 31 Damaskus, Suriah – Dalam semangat Hari Santri Nasional, PCINU Suriah menggelar webinar dengan tema “Moderat dalam Berprinsip, Rabbaniyah dalam Berperilaku”…
beritaInternasional

PCINU Suriah Meriahkan Peringatan Hari Santri Nasional 2024: Menggelorakan Semangat Kebangsaan di Negeri Syam

1 Mins read
Dibaca: 58 Damaskus, Suriah – Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul ‘Ulama (PCINU) Suriah di Damaskus memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 1446 H/2024 M…

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.