SANTRIMENARA.COM – KUDUS, Tidak banyak yang mengetahui kalau di Masjidil Haram Makkah pernah ada praktik mengartikan kitab kuning dengan makna Jawa alias utawi iki iku. Padahal, peserta ngajinya adalah orang Arab.
“Yang diwulang (diajar) ulama Arab,” kata KH Abdul Qoyyum Mansur (Lasem) saat mengisi pengajian umum dalam rangka Harlah Madrasah TBS ke 92 dan Walimatul Wakirah PAUD TBS Kudus, Jumat (02/03/2018) malam.
Menurut Gus Qoyyum, -panggilan KH Abdul Qoyyum-, era kejayaan utawi iki iku di Masjidil Haram terjadi pada masa kakeknya, semasa dengan KH. Asnawi Bendan (Kudus), KH Maksum (Lasem), Mbah Baidlowi, “termasuk Sayyid Alawi (Makkah),” tambahnya.
Siapa yang mengajarkan itu? Ternyata KH Mahfud At-Turmusi, ulama asal Termas, Pacitan, Jawa Timur, yang mukim di tanah haram Makkah kala itu.
Mereka ini adalah ulama agung yang tidak ada kesombongan dalam dirinya. Meskipun menggunakan bahasa Jawa ala kitab kuning di pesantren Nusantara, para syeikh di Arab sana, kala itu, mau belajar dengan kiai dengan bahasa pegon utawi iki iku.
Itulah penjabaran makna orang yang tidak merugi, yang dalam Bahasa Al-Qur’an, disebut sebagai yang tidak sombong dan mengingkari.
Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 15 menyebut begini: خاب كل جبار عنيد (Sungguh merugi semua orang yang sombong dan mengingkari).
Ayat itu dijadikan pesan pertama Gus Qoyyum kepada para santri TBS agar berguru kepada ulama atau kiai yang tidak sombong dan suka mengingkari kebenaran.
Ini jadi syarat utama agar Ma’had Aly TBS yang sudah diumumkan Gus Faiz malam itu tetap berpegang kepada tradisi ulama zaman old yang tidak sombong. (smc-212)