SANTRIMENARA.COM – KUDUS. Dalam kesempatan ngaji di Gedung PAUD TBS Kudus, Kerandon, Kota, Kudus, Jumat (02/03/2018) malam, KH Abdul Qoyyum (Gus Qoyyum) sempat menyindir bahaya para ustadz zaman now yang banyak nyambi profesi sebagai makelar negara.
“Ustadz mambu (bau) makelar negara, medeni wong (membuat kuatir banyak orang). Kalau makelar mambu ustadz, itu lumayan,” terangnya, disambut tawa ribuan hadirin pengajian yang digelar dalam rangka Harlah Madrasah TBS Kudus ke 92 dan Walimatul Wakirah Gedung PAUD TBS Kudus.
Menurut Gus Qoyyum, sindiran yang dilontarkan itu adalah tamsil dari makna Surat Thoha ayat 61 yang berbunyi وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَىٰ, yang dimaknai Gus Qoyyum dengan: “sungguh gagal orang yang berbohong”. Ini pesan kedua Gus Qoyyum untuk Ma’had Aly TBS Kudus yang malam itu diumumkan oleh KH Dr. Ahmad Faiz.
Jika ada ustadz yang juga berprofesi sebagai belantik (makelar), janganlah berbohong. “Ustadz mambu belantik, ojo goroh (jangan bohong),” tegas Gus Qoyyum, yang juga mengingatkan secara tegas atas fenomena tren ustadz nyambi menjadi penyedia jasa haji dan umroh.
Begitu pula, ketika mencari ilmu, janganlah berbohong. Gus Qoyyum mengingatkan tentang kisah seorang muallif (pengarang) kitab Mizanul Kubro, Syeikh Wahab As-Sya’roni. Saking menjaga diri agar ilmunya bermanfaat, Syeikh Sya’roni yang berasal dari Mesir itu menyarankan agar kita tidak makan atau minum dari tempat (wadah) yang pernah kena jilat anjing, atau pernah dibuat makan oleh anjing.
“Susu yang diminum dari tempat yang sudah dijilat anjing menyebabkan hati menjadi keras (Qosawatul Qolb), padahal halal,” terang Gus Qoyyum, menyitir anjuran Syeikh As-Sya’roni.
Mendengar pernyataan Syeikh Sya’roni tersebut, ada seorang ulama madzhab Maliki yang menjajal. Ia sengaja meminum susu dari wadah yang pernah dijilat anjing, “dia tidak bisa berbuat baik dan tidak ada gairah ibadah selama sembilan bulan,” lanjut Gus Qoyyum menerangkan efeknya.
Akibat buruk tersebut muncul karena menurut Al-Qur’an, anjing itu najis. Tapi najis, dalam Al-Qur’an, tidak hanya hanya anjing saja. Sifat, juga ada yang disebut Al-Qur’an sebagai najis, misal dalam Al-Qur’an Surat Attaubah ayat 28, yang berbunyi: إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ . “Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis”.
“Dulu ada orang tidak mau maknan makanan yang disentuh orang musyrik. Walau bukan najiz aini, tapi (najis) sifat,” terang Gus Qoyyum.
Begitu pula soal judi, itu disebut najis (rijsun) dalam Al-Qur’an. Makanya, imbuh Gus Qoyyum, ulama zaman dulu tidak mau bersentuhan dengan kartu judi, “kartu judi itu rijsun,” jelasnya. (smc-212)