Berkolaborasi dengan Matan, dan Lakpesdam PCNU Kabupaten Pekalongan, komunitas Dunia Santri Community (DSC) sukses menyelenggarakan kegiatan Dunia Santri Summit 2023 bertempat di kampus UIN KH.Abdurrahman Wahid Pekalongan, Sabtu (26/8).
Pada kegiatan tersebut dihadiri oleh Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nezar Patria, M.Sc., M.B.A sebagai keynote speaker, Founder Dunia Santri Community (DSC) Gus Dr. Abdulloh Hamid, M.Pd, serta Wakil Rektor 1 UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan Prof. Dr. Maghfur, M.Ag.
Wamen Kominfo Nezar Patria mengatakan bahwa status santri bukan status yang biasa, karena belajar agama jauh lebih dalam, terutama belajar agama di Pondok, Madrasah atau di tempat lain. “Oleh karena itu ada semacam tanggung jawab moral untuk menyebarkan ilmu-ilmu yang sesuai ajaran agama di ruang digital,” ucapnya.
Disampaikan, sebagai bekal kecakapan digital akan menentukan langkah bangsa Indonesia untuk menyongsong bonus demografi di masa depan. “Dan pada 2045 merayakan Indonesia emas.dan mudah-mudahan di tahun itu kita menjadi champions bukan cuma di asia tapi juga di dunia,”lanjutnya.
Gus Rijjal Mumazziq Zionis selaku narasumber menyampakan bahwa perkembangan teknologi telah memenuhi segala aspek kehidupan. Oleh karena itu, lembaga pesantren, organisasi badan otonom Nahdlatul Ulama, dan santri harus punya kecakapan dalam berliterasi di era digital.
“Kita jangan sampai kalah sama mereka yang non NU. Ayo, ambil kamera mu, berdakwah lah. Jangan malu-malu. Selagi kita di jalan yang benar, menulis lah, aktif lah di media sosial-media sosial mu,”katanya.
Menurutnya, seorang santri NU harus aktif di media-media digital supaya keilmuan yang dimilikinya bisa tersalurkan ke masyarakat luas. “Baik itu bikin podcast, baca kitab kuning di live streaming, atau menulis. Ayo jangan ragu. Itu adalah ranah kalian. Jangan malu-malu lagi. Kita perlu tempatkan budaya tawadhu’ dan budaya malu pada tempatnya masing-masing,” ujar Kiai yang juga pegiat literasi tersebut.
Kepala Pusdatin Kemendikbudristek RI Dr. Muhammad Hasan Chabibie, ST., M.Si menjelaskan tentang pendidikan berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurutnya, ada lima stakeholder yang dapat menentukan kualitas pendidikan di Indonesia.
“Ada keluarga, guru, institusi pendidikan, dunia usaha/industri, dan masyarakat. Seluruh pemangku kepentingan pendidikan (termasuk siswa) harus menjadi agen perubahan, termasuk di ruang digital, serta memberikan pengaruh dan dukungan sepenuhnya,”jelasnya.
Founder Dunia Santri Community (DSC) Gus Abdulloh Hamid menyampaikan, literasi bagi santri sangat penting untuk membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan teknologi dengan bijak dan aman. “Hal ini juga akan membantu mereka menghindari risiko online, memahami informasi secara kritis, dan memanfaatkan sumber daya digital secara efektif untuk pembelajaran dan perkembangan pribadi,”katanya.
Kegiatan ini juga dihadiri narasumber lain antara lain Dr. Muhammad Hasan Chabibie, ST., M.Si. selaku Ketua Umum MATAN dan Kapusdatin Kemdikbud RI, Gus Ubaidillah selaku Ketua KPI Pusat, Gus Rijal Mumazziq Zionis, MHI. selaku Rektor UAS Kencong Jember dan Pegiat Literasi, Sonny Sudaryana, ST., M.MT., dan Ning Ema Rahmawati, S.Fil. selaku Pengasuh Pondok Puteri Khoiriyah Hasyim Seblak Jombang serta dimoderatori oleh sahabat Anjas Pramono aktivis PMII.
Kegiatan yang juga menghadirkan mahasiswa UIN Gus Dur sebagai peserta ini juga didukung oleh media Pesantren.id, BRODO, TV9, Times Indonesia, Elex Media Komputindo, Dawuh Guru, Pusat Studi Pesantren, Santri Design Community, AISNU, Iqra.id, Aswaja Dewata, dan Inagata.
Pewarta: Khairul Anwar
Komentar