Oleh Moh. Aslim Akmal
Pada tahun 1970-an, saya dan kawan-kawan suka sekali mencari buah kersen di makam Krapyak yang bernama Sedio Luhur. Buah kersen sangat disukai anak-anak pada waktu itu karena rasanya yang manis dan gampang dipetik. Anak-anak cukup membawa dahan pohon kudo atau waru yang panjang kemudian dikaiti kawat yang pada bagian ujungnya sedikit ditekuk. Alat tersebut dapat digunakan untuk memetik puluhan buah kersen. Kalau menemu pohon kersen yang tidak terlalu tinggi anak yang berukuran pendek pun dengan mudah memetik buahnya, cukup digapai dengan tangan. Pohon kersen di komplek pemakaman tersebut jumlahnya tak terhitung, banyak sekali. Meski hampir setiap hari anak-anak memetiknya, buah kersen di tempat tersebut sepertinya tidak pernah habis.
Pemakaman umum Sedio Luhur Krapyak Kudus berada di dusun Krapyak desa Bakalan Krapyak. Sebelah barat berada di jalan Besito (bersebelahan dengan polytron), sebelah selatan berada di jalan KH. Ahmad Dahlan, dan sebelah timur berada di jalan KH. M. Arwani. Sedio Luhur termasuk kategori pemakaman umum besar karena areanya sangat luas, lebih dari satu hektar. Di Kudus, Sedio Luhur bukanlah pemakaman umum satu-satunya yang areanya sangat luas. Selain Sedio Luhur Krapyak, pemakaman umum yang areanya sangat luas ada dua lokasi, yaitu makam umum Ploso dan makam umum Margo Luhur Kaliputu Kudus.
Makam Sedio Luhur Krapyak memiliki beberapa pintu masuk. Pintu masuk utama berada di sebelah selatan di jalan KH. Ahmad Dahlan. Namun sekarang pada sisi bagian barat dibuatkan pintu utama yang kedua. Gapura pintu utama selatan di bagian atas tertulis Margo Krapyak. Saya mencoba menganalisa arti kedua kata tersebut. Margo, berasal dari bahasa Jawa yang artinya jalan. Sedang kata Krapyak, menurut hasil penulusuran saya di google menemukan kata krapyak menurut kepercayaan masyarakat Jawa, khususnya keraton Yogyakarta, adalah tempat roh-roh suci. Dengan pengertian dua kata tersebut saya memaknai margo krapyak adalah jalan untuk roh-roh suci.
Di depan gapura margo krapyak terdapat gapura lagi yang bagian atasnya tertulis Sedio Luhur. Lagi-lagi saya penasaran dengan makna kata-kata tersebut. Saya menduga yang dimaksud dengan kata sedio adalah sedo yang artinya wafat atau meninggal dunia. Sedang kata luhur menurut KBBI dimaknai mulia. Dengan begitu sedio luhur maknanya orang yang meninggal dalam keadaan baik dan mulia, atau dalam bahasa kaum muslimin husnul khatimah.
Makam Sedio Luhur Krapyak Kudus merupakan satu-satunya pemakaman umum tertua yang ada di Kudus. Saya menduga makam umum ini sudah ada sejak abad ke-17 M berdasarkan: 1). Adanya nisan mirip tipologi Pasai yang berbahan batuan andesit. Nisan tersebut hanya satu-satunya dan menurut cerita tutur pemilik makam tersebut adalah Pangeran Sudjoko, putra ragil Kangjeng Sunan Kudus. R. Darmowasito dalam bukunya yang berjudul Pustoko Darah Agung, 1937, menulis bahwa pesarean putra ragil Kangjeng Sunan Kudus yang bernama Pangeran Sudjoko berada di Krapyak. 2). Nisan-nisan yang saya temukan di pemakaman tersebut sebagian besar berbahan batu andesit meski tidak bertipologi yang sama dengan nisan Pangeran Sudjoko. Nisan-nisan tersebut ada di kisaran abad 18-19 M , 3). Pemakaman Sedio Luhur Krapyak berada di kawasan Kudus Kulon, berjarak kurang lebih 500 meter ke arah utara dari Menara Kudus.
Di sebelah selatan dan timur area makam Sedio Luhur juga terdapat komplek pemakaman keluarga. Ada komplek makam keluarga Mbah Bakar dan makam keluarga Atmowijoyo yang semuanya ada di sebelah selatan. Kemudian juga terdapat makam Majannah milik keluarga keturunan Arab yang ada di Kudus dan makam keluarga PR. Sukun Kudus semuanya berada di area sebelah timur. Semua makam keluarga dikelilingi oleh tembok batu bata dan dikhususkan untuk keturunan masing-masing.