SANTRIMENARA.COM, NGAJI TAFSIR – Ngaji Pasan 1438 H oleh KH M Sya’roni Ahmadi Kudus di Masjid Al Aqsha Menara Kudus pada Jumu’ah (02/06/2017) mengkaji surat Ali Imran ayat 7-11. Lima ayat tersebut menjelaskan tentang Macam-macam Ayat Al Qur’an, Dasar Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dan Keadaan Manusia Di Hari Kiamat. Berikut kajiannya:
Surat Ali Imran ayat 7
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آَيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آَمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ (7)
“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”
Ayat ini menegaskan bahwa Al Qur’an adalah wahyu dari Allah, bukan bikinan Nabi Muhammad SAW. Orang-orang kafir Quraiys mencibir kanjeng Nabi bahwa Nabi keluar masuk pasar mencari berita sebagai bahan membuat Al Qur’an. Pernyataan ini dibantah oleh para shahabat bahwa hal itu tidak mungkin karena Nabi Muhammad SAW tidak bisa menulis dan membaca.
Dalam Al Qur’an terdapat ayat yang jelas dan mudah dimengerti maknanya oleh siapa saja dan merupakan pokok-pokok Al Qur’an yang bisa dibuat tendensi hukum yang dalam bahasa Al Qur’an diistilahkan dengan Ayat Muhkamaat dan terdapat pula ayat yang samar maknanya dan tidak bisa difaham artinya yang dalam bahasa Al Qur’an disebut dengan Ayat Mutasyaabihat sebagaimana awal surat Thaha, Yaasin, Thaasiin, Haamiim, Ali Laam Miim dan sejenisnya. Oleh para ulama mengomentari “hanya Allah Yang Maha Tahu makna yang dikehendaki.”
Menurut Ibnu Abas kandungan isi ayat Al Qur’an terbagi 4 macam:
1. Ayat yang maknanya bisa dimengerti oleh semua orang. Misal ayat 1 surat Al Ikhlas:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1)
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.”
2. Ayat yang maknanya hanya dimengerti oleh ahli sastra bahasa. Misal ayat 17, 18 surat Thaha:
وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَى (17) قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآَرِبُ أُخْرَى (18)
“Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? Berkata Musa: “Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya.”
3. Ayat yang maknanya hanya bisa dimengerti oleh orang alim. Misal ayat 58 surat Yunus:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (58)
Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
Yang dikehendaki Fadhl dan Rahmat dalam ayat ini adalah Nabi Muhammad SAW dan makna semacam ini hanya bisa dimengerti oleh orang-orang alim. Bergembira atas kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah perintah. Nabi Muhammad SAW mempunyai 201 nama dan gelar yang diantaranya adalah Fadhl dan Rahmat.
Abu Lahab paman Nabi Muhammad SAW kekufurannya sudah ditetapkan dalam Al Qur’an surat Al Lahab akan selamanya dalam api neraka Jahim sedang istrinya sang pembawa kayu bakar mati dalam keadaan sebagaimana kebiasaanya ketika hidup.
مات المرء على ما عاش عليه
Meskipun Abu Lahab sudah ditetapkan kekal di dalam neraka Jahim namun mendapat keringanan siksa setiap hari senin karena pernah berbahagia atas kelahiran Nabi Muhammad sehingga saking bahagia budaknya yang paling mahal bernama Tsuwaybah dimerdekakan. Jika orang kafir berbahagia atas kelahiran beliau baginda Rasul mendapat keindahan yang sedemikian, bagaimana jika yang berbahagia adalah umat Islam? Imam Syamsuddin bin Nashiruddin Ad Dimasyqi melantunkan syair:
إِذَا كَانَ هَذَا كَافِرًا جَاءَ ذَمُّهُ * بِتَبَّتْ يَدَاهُ فِي الْجَحِيْمِ مُخَلَّدًا
Jika orang kafir yang telah datang celaan baginya, ayat “Celakalah kedua tangannya” kekal di dalam neraka Jahim,
أَتَى أَنَّهُ فِي يَوْمِ اْلإِثْنَيْنِ دَائِمًا * يُخَفَّفُ عَنْهُ لِلسُّرُوْرِ بِأَحْمَدَ
telah tiba riwayat bahwa setiap hari Senin untuk selamanya, diringankan siksa darinya karena bergembira dengan kelahiran Ahmad
فَمَا الظَّنُّ بِاْلعَبْدِ الَّذِي كَانَ عُمْرُهُ * بِأَحْمَدَ مَسْرُوْرًا وَمَاتَ مُوَحِّدًا؟
maka bagaimanakah dugaan kita terhadap seorang hamba yang sepanjang usia sebab kelahiran Ahmad, lantas ia selalu bergembira dan mati dalam keadaan memegang tauhid kepada Allah?
4. Ayat yang hanya Allah yang mengetahui maknanya sebagaimana ayat di awal surat semisal Thaha, Yaasin, Thaasiin, Haamiim, Ali Laam Miim dan sejenisnya.
Bagi orang yang mendalam ilmunya meyakini bahwa ayat Muhkamat maupun Mutasyabihat semuanya berasal adalah dari Allah SWT sedang bagi orang yang hatinya condong pada kesesatan akan mengikuti ayat mutasyabihat untuk mencari fitnah dan mencari-cari takwil atau tafsirnya.
Termasuk kategori mutasyabihat adalah sebagaimana dalam surat Ar Rahmat ayat 27:
وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ (27)
“Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.”
Kata Wajhu oleh selain Ahlussunnah dimaknai dengan wajah. “Dan tetap kekal wajah Tuhanmu” sehingga sebagaimana makna ini kelak di akhirat Allah hanya kekal wajahNya saja sementara tubuhnya musnah karena yang kekal hanya wajahNya saja. Pokok kekufuran sebagaimana Nahsrani dan Yahudi adalah memaknai ayat dengan makna dhahirnya. Orang yang mendalam ilmunya yaitu ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah tidak berkenan memaknai ayat mustasyabihat kalaupun memaknai maka ditakwil maknanya dan yang demikian itu yang selamat. Mereka menakwil kata “wajhu” dengan makna “dzat”.
Baca juga ayat sebelumnya: QS Ali Imran ayat 1 – 6
Surat Ali Imran ayat 8-11
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ (8) رَبَّنَا إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ (9) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَأُولَئِكَ هُمْ وَقُودُ النَّارِ (10) كَدَأْبِ آَلِ فِرْعَوْنَ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ وَاللَّهُ شَدِيدُ الْعِقَابِ (11)
“(Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya.” Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka, (keadaan mereka) adalah sebagai keadaan kaum Fir’aun dan orang-orang yang sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat Kami; karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.”
Allah yang mengumpulkan manusia sejagat dari zaman Nabi Adam sampai hari kiamat di mahsyar. Allah tidak menyalahi janji yaitu membangunkan manusia kembali dari alam kubur. Orang yang baik akan mendapat balasan kebaikan dan orang yang buruk juga akan mendapatkan balasan yang setimpal. Orang yang menerima catatan amal dengan tangan kanannya maka akan menjadi penghuni surga sedang yang menerima dengan tangan kirinya maka akan menghuni neraka. Orang kafir waktu mendengar ini dengan nada sinis berkata “Besok di hari kiamat akan aku sembunyikan tangan kiriku.” Perkataan mereka di akhirat tidak ada gunanya sama sekali karena besok di hari kiamat akan berjalan sesuai dengan amal masing-masing. (smc-777)