Resensi

Telaah Sentimen Anti-Islam

3 Mins read

Judul : Al-Qaeda; Tinjauan Sosial-Politik, Ideologi dan Sepak Terjangnya

Penulis : As’ad Said Ali
Penerbit : LP3ES
Cetakan : 1, 2014

Selama ini orang mengenal Al-Qaeda adalah sebagai sebuah organisasi lintas negara yang mengatasnamakan Islam dengan tujuan jihad. Meski, kenyataannya dalam setiap laku organisasi tersebut banyak mendapat kecaman dari dunia internasional. Salah satunya, karena sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai Islam yakni rahmatal lilalamin (rahmat bagi semua). Sebab, gerakan yang dihembuskan tak cuma menyalahi label islamnya saja, melainkan cenderung juga bersifat radikal dengan segala bentuk pergerakan dan ekspresinya.

Oleh sebab itu, melalui buku berjudul Al-Qaeda; Tinjauan Sosial-Politik, Ideologi dan Sepak Terjangnya anggitan Asad Said Ali layak kita hadirkan ditengah-tengah maraknya organisasi-organisasi yang mengatasnamakan Islam sebagai basis pergerakannya hari ini. Salah satu yang terbaru dan serupa, bahkan lebih sadis adalah ISIS atau Irak Syria Islamic State’s. Bagi dunia Barat mislanya, menganggap Al-Qaeda sebagai organisasi teroris yang licik dan terstruktur. Beberapa pemikir Islam dari Timur Tengah berpandangan bahwa Al-Qaeda telah mencoreng citra Islam dan reputasi kewajiban agung “jihad” di mata dunia hari ini. Bahkan pandangan Al-Qaeda telah menyimpang dari esensi ajaran Islam yang sesungguhnya. Letak penyimpangan tersebut adalah dalam menafsirkan Al-Qur’an, hadist secara ngawur. Sehingga, pergerakannya bertentangan dengan prinsip-prinsip syari’ah (hal; 55).

Tak cuma itu, Najih Ibrahim Abdullah salah satu pemikir Islam sekaligus professor dari Mesir dalam pengantar buku ini memberi pernyataan bahwa, gerakan Al-Qaeda merupakan sebuah kesalahan karena kerancuan intelektual yang diyakininya. Hal tersebut, dapat ditelusuri dari setiap pergerakan dan gagasannya. Contoh, dengan mengkafirkan seluruh penguasa muslim, pemerintah dan jajarannya. Lalu, menganggap semua orang sudah rusak (hal; xx). Mereka (Al-Qaeda) merasa mendapatkan mandat dari umat muslim untuk melakukan aksi pembantaian warga sipil. Menargetkan serangan bagi seluruh masyarakat yang berkewarganegaraan Amerika dan Israel tanpa terkecuali. Semua kejahatan tersebut, dianggap sebagai perintah dan fatwa jihad yang harus mereka lakukan. Dan diwujudkan dengan cara mengebom tempat-tempat yang dianggap sebagai sumber modernitas barat (terutama Amerika) sehingga menimbulkan kerusakan yang luar biasa.

Baca Juga  UMK Dukung Penuh Silatnas TBS

Sebenarnya, fondasi sejarah pergerakan Al-Qaeda dimulai dari pemikir Ikhwanul Muslimin (IM), Sayyid Qutb dalam bukunya Ma’alim Fit Thoriq yang mengilhami serangkaian perlawanan dengan kekerasan terhadap rezim yang berkuasa. Gagasan ini, kemudian menyebar ke Afganistan ketika masih diduduki oleh Uni Soviet (Rusia). Hingga kemudian, gagasan Qutb mengalami penyempurnaan oleh Abdullah Azzam tokoh asal Palestina-Yordania (sahabat karib Osama bin Laden). Abdullah menekankan bahwa jihad merupakan kewajiban yang bersifat fardu a’in bagi setiap muslim. Kemudian jihad menjadi pandangan ideologis dalam melihat realitas politik hari ini (hal; 157).

Sampai pada suatu masa saat perubahan konstelasi politik global dengan ditandai kalahnya Uni Soviet (komunis) dengan Amerika turut mempengaruhi perang di Afganistan. Amerika yang tadinya bersahabat dengan Mujahidin dalam melawan Uni Soviet di Afganistan kemudian lepas tangan pasca perang. Situasi tersebut, menciptakan kebingungan politik. Kemudian Osama berusaha menyudahi situasi dengan memberikan garis tegas antara siapa lawan dan siapa kawan. Maka, tepatnya pada tanggal 23 Februari 1998 Osama mendeklarasikan “International Islamic Front Against Jews and Crusaders”. Tak terduga, deklarasi tersebut menandai awal lahirnya organisasi bernama Al-Qaeda yang dipimpin dan dibiayai oleh Osama bin Laden. Osama menganggap seluruh penguasa di Timur Tengah telah murtad karena tidak mendirikan negara berdasarkan hukum Allah, karena itu halal darahnya. Dari sini, dimulai segala pergerakan Al-Qaeda.

Al-Qaeda mengalami masa-masa kejayaan sejak berdirinya pada tahun 1998 hingga tahun 2001 dibawah kepemimpinan Osama Bin Laden. Pada tahun-tahun tersebut pula, Al-Qaeda menjalin kerjasama dengan Taliban (pemerintahan Afganistan) dengan keadaan saling menguntungkan. Adanya musuh bersama (Amerika) membuat kerjasama keduanya semakin baik. Taliban, memanfaatkan anggota Al-Qaeda sebagai pasukan. Al-Qaeda mendapatkan support, perlindungan, pembiayaan, tempat pelatihan serta perlindungan tehadap Osama Bin Laden. Semua fasilitas tersebut, disediakan oleh Taliban. Bahkan Taliban menolak ketika PBB memberikan mandate untuk menyerahkan Osama untuk diadili (hal: 234).

Baca Juga  Selain Pintar, Sholih dan Sakti, Santri Juga Harus Bisa Menggerakkan Masyarakat

Dengan adanya perlindungan semacam itu dari Taliban, Osama dan kaki tangannya merencanakan berbagai aksi teror yang menyebar dari kawasan Timur Tengah, Amerika, Afrika dan Asia Tenggara. Bom natal di Indonesia, bom bali I dan bom bali II juga beberapa bom lain yang meledak di Filipina. Aksi pemboman kedubes Amerika di Tanzania dan Nairobi. Pada tahun-tahun tersebutlah Al-Qaeda sangat gencar melakukan aksi pemboman hingga meledaknya bom di gedung kembar WTC yang lebih dikenal sebagai tragedi 11 September 2001. Kejadian ini menggemparkan seluruh dunia lalu menimbulkan masalah keamanan dan sentimen anti Islam (Islam Phobia). Sejak saat itu Osama menjadi orang yang paling diburu di dunia internasional dan melemahlah kekuatan Al-Qaeda.

Buku ini merupakan gambaran menyeluruh dari kekuatan supra-nasional, mulai dari aspek ideologis, strategis, sampai dengan operasional yang menantang hegemoni kultural masa kini di area global. Karenanya, buku ini menyuguhkan informasi-informasi jernih tentang ideologi jihad dan perkembangannya tanpa pretense pemihakan atau penghakiman. Meskipun, dalam buku ini juga banyak ditemukan data-data atau analisis yang cenderung mengulang-ulang. Sehingga kurang membuat pembaca untuk lebih cepat menyelesaikan dan menikmati dalam proses pembacaannya. (smc-008)

Peresensi M Nafiul Haris Alumnus MA NU TBS Kudus

Komentar
Related posts
opiniResensi

Belajar Cinta dan Kearifan dari Maulana Rumi dan Eyang Tabrizi

3 Mins read
Dibaca: 783 Oleh: Moh. Haidar LatiefMuhammad Syamsuddin ibn Malik Dad Ali atau yang terkenal dengan sebutan Syams Tabrizi (Matahari dari Tabriz) dan…
beritaResensiResensi Buku

Catatan Muh. Safin : Resensi Buku Dalil Sejarah TBS

5 Mins read
Dibaca: 3,122 Dalam situs pribadi Mas Badri, Badriologi.com, beliau mengatakan bahwa Alumni TBS itu luar biasa. Seperti lebah. Diam-diam menghasilkan madu. Tapi…
beritaResensiResensi Buku

Egosentrisme dan Upaya Mendokumentasikan Sejarah

3 Mins read
Dibaca: 1,688 EGOSENTRISME dalam menulis sejarah tanpa metodologi penelitian dan uji data ilmiah yang tepat akan menghasilkan data yang batil. Apalagi menulis…

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.