Ramadan kali ini terasa lebih menantang. Dua kali ramadan umat Islam diseluruh dunia termasuk Indonesia masih menjalani puasa ditengah Pandemi Covid-19. Kaum muslimin tidak hanya menjalankan ibadah puasa ramadan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah subhanahu wataala, tetapi juga harus taat kepada pemerintah dalam menjalankan protokol kesehatan yang sangat ketat.
Banyak perubahan-perubahan yang terjadi diluar kebiasaan. Perilaku masyarakat mulai berubah sedikit demi sedikit. Perilaku tersebut seiring berkembang memasuki tatanan kehidupan era kenormalan baru (New Normal).
Salah satu tanda bahwa Allah cinta kepada hamba-Nya adalah Allah memberikan ujian dan cobaan kepada hamba-Nya. Seperti dalam hadis Nabi yang diriwayatkan dari Anas ibn Malik , Rosulullah bersabda : “Sesungguhnya pahala besar untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian mereka. Barang siapa yang ridha, maka ia yang akan meraih ridha Allah. Barang siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka” (HR. Ibnu majah no. 4.031)
Siapa saja menginginkan naik derajat kelas lebih tinggi, harus lulus mengikuti ujian. Itu sudah menjadi patokan dimanapun. Jika kita sedang dalam ujian, kuncinya adalah sabar. Maka kesabaran sangat perlu kita pupuk. Ujian yang kita lalui dengan mengiringkan kesabaran didalamnya, ganjarannya jelas, kemuliaan.
Para kekasih Allah, Nabi dan orang–orang saleh banyak menghadapi ujian berat, dengan kesabaran yang kuat, akhirnya mereka mendapat kemuliaan setelahnya. Nabi Yunus, pernah dikarantina di perut ikan, akhirnya mendapati umatnya bertaubat. Nabi Nuh dikarantina di atas kapal saat terjadi banjir bandang selama 244 hari (setara 8 bulan lebih), akhirnya didapati orang-orang yang beriman selamat bersamanya.
Nabi Muhammad juga pernah melakukan karantina mandiri di atas jabal nur, melakukan tahannuts di dalam Gua Hira selama 40 hari. Akhirnya mendapatkan wahyu pertama Surat al- ’Alaq yang bisa membawa cahaya dan rahmat bagi seluruh alam.
Bercermin dari para kekasih Allah diatas, di bulan suci Ramadan kali ini kita harus bersabar dan selalu memohon pertolongan dan perlindungan kepada Allah. Semoga kita mendapat ampunan dan kemulian dari Allah setelah Pandemi Covid-19 ini.
Ramadan sebagai kawah candradimuka tempat untuk menempa agar kita menjadi orang yang bertakwa. Dalam kondisi apapun, senang maupun susah, lapang atau sempit, kita wajib berusaha untuk menjadi orang yang bertakwa. Walaupun dalam kondisi Pandemi Covid-19 yang telah melanda seluruh penjuru negeri, mari kita terus meningkatkan ketakwaan dan kesabaran. Ketakwaan dan kesabaran adalah modal utama untuk menghadapi kondisi pandemi saat ini. Takwa adalah istiqomah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Allah telah berjanji dalam QS. At Thalaq Ayat 2-3 “Bahwa barang siapa bertakwa pasti akan diberikan solusi dan jalan keluar atas segala persoalan kehidupan, dan akan diberikan rezeki dari arah yang tidak disangka sangka. Dan siapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Allah mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
Maka, kata kuncinya adalah takwa, taat dan patuh pada perintah Allah subhanahu wata’ala. Ada hikmah dan rahasia besar dibalik ketidaktahuan hamba atas qudrat dan iradahnya Allah. Nabi Nuh belum tahu banjir akan datang ketika ia diperintah untuk membuat kapal. Nabi Ibrahim belum tahu akan tersedia domba ketika pisau nyaris memenggal buah hatinya. Nabi Musa belum tahu laut akan terbelah saat dia diperintah memukulkan tongkatnya. Mereka hanya tahu bahwa mereka harus patuh pada perintah Allah dan terus berharap yang terbaik. Karena itu, marilah dibulan suci ini kita naikkan level takwa kita kepada Allah, dengan amalan-amalan yang mulia dan terpuji memperbanyak membaca Al-Quran, tetap menjaga iman, imun dan aman agar terhindar dari Covid-19. Aamiin yaa mujiib assailiin.
Baca lainnya disini atau telusuri tulisan lainnya