Santri ialah mereka yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren. Santri biasanya menetap di asrama (pondok) dengan kurun waktu tertentu.
Revolusi industry atau dikenal perkembangan technology memaksa santri harus bisa beradaptasi, revolusi industry ini pula merubah cara kita dalam berkegiatan di bidang pertanian, manufaktur ,trasportasi, dan digitalisasi.
Revolusi industry 4.0 dibangun atas relitas revolusi digital, Santri sekarang dituntut serba bisa dalam literasi pesantren dan digital.
Masa Depan digital dunia sekarang dipegang oleh Tiongkok, terbukti transaksi penukaran uang, technology Al (Artificial intelegen) semua dibuat oleh Tiongkok.
Pasca Covid-19 sekarang semua negara membutuhkan negara yang berjuluk negara Tirai Bambu, baik Amerika dengan hubungan dagang, Uni-Eropa dengan hutang bantuan ke Tiongkok, bahkan Asia Tenggara khususnya Indonesia yang lagi deket-deketnya dengan Tiongkok dalam hal investasi Tiongkok di Indonesia.
Tiongkok sendiri banyak investasi ke Indonesia sejak era Gus dur sampai sekarang. Hal ini memaksa sumber daya Santri Indonesia harus bisa bahasa Mandarin (Chinese).
Pondok pesantren di Indonesia udah mulai belajar bahasa mandarin Tiongkok, seperti Ponpes Nurul Jadid Probolinggo, dan Gontor Ponorogo.
Pertanyaan paling mendasar adalah, Mengapa Santri harus belajar bahasa mandarin?
- Mandarin adalah bahasa paling luas Dan pertumbuhan bahasa tercepat di Dunia.
- Mandarin sebagai bahasa nomer dua PBB.
- Mandarin sebagai bahasa dalam bisnis.
- Tiongkok sebagai pusat ekonomi terbesar di dunia.
- Ke depan semakin banyak peluang pekerjaan yang bisa bahasa Mandarin.
- Negara kawasan Arab dan Amerika memasukan kurikulum bahasa Mandarin di sekolah.
Oleh karena itu, tuntutan sekarang, jika santri tidak belajar bahasa Mandarin kemungkinan besar mereka akan tertingal oleh relialitas, baik technology maupun sosial masyarakat dunia.
Editor : M. Alvin Jauhari