Oleh Nur Said
SANTRIMENARA.COM – OPINI. Alhamdulillah menjadi bagian dari alumni Madrasah TBS yang semoga selalu istimewa. Istimewa karena sudah 92 tahun TBS merawat tradisi dan menebar inovasi.
Merawat tradisi dengan istiqomah melestarikan nilai-nilai lama yang baik dan keterbukaan untuk mau menerima nilai-nilai baru yang lebih baik. Suatu prinsip merawat tradisi dan semangat inovasi tak pernah henti di tengah derasnya perubahan sosial yang kian menjadi -jadi.
Harlah ke 92 Madrasah TBS dengan tema: “Penguatan Akhlak dan Intelektual dalam Menghadapi Era Milenial” bukan sekedar slogan semata karena itu dibarengi momentum peresmian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) TBS dan Ma’had Aly TBS jurusan Ilmu Falak, satu-satunya di Indonesia.
Keduanya memiliki peran strategis dalam menguatkan akhlak dan intelektual ala aswaja sebagai pagar Islam Nusantara sebagaimana spirit Silaturrahim Nasional (Silatnas) IKSAB TBS dua tahun lalu.
PAUD TBS menjadi strategis mengingat anak usia dini adalah usia emas yang membutuhkan perhatian khusus bagi fondasi iman mereka. Landasan aqidah yang tertanam sejak usia dini akan terukir kuat dalam kesadaran batinnya hingga mereka dewasa.
Sementara kehadiran Ma’had Aly jurusan Ilmu Falak akan meneguhkan tradisi inovasi sains dan ilmu falak terapan yang telah ada sejak generasi awal madrasah TBS ini.
Institusionalisasi tradisi pembelajaran Ilmu Falak Ma’had Aly jurusan Ilmu Falak akan memberi ruang bagi para santri untuk semakin melejitkan tradisi inovasi sebagaimana spirit Iqra dalam membaca ayat-ayah qouliyah dan ayat-ayat kauniyahNya secara seimbang. Hal ini semakin meneguhkan TBS sebagai madrasah yang semakin distingtif dan khas.
Keberadaan Ilmu Falak di TBS memiliki sanad keilmuan yang khas dari para guru yang otoritatif mulai dari KH Abdul Jalil sebelum kemerdekaan hingga KH. Turachan Adjuhri dan KH. Nur Ahmad pasca kemerdekaan, yang ketiganya juga punya peran penting dalam turut mengembangkan Lajnah Falakiyah di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Sanad keilmuan Falak tersebut kini masih diuri-uri generasi milineal hingga sekarang. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi kajian sains khususnya astronomi dan Ilmu Falak di pesantren/madrasah telah mengakar dlm lintas generasi. Maka sudah saatnya generasi melineal menggeser paradigma keilmuan yang semula dikotomik menjadi integratif-kolaboratif sebagaimana semangat epistemologi tauhid.
Kini Madrasah TBS semakin besar dan maju sementara para santrinya sudah tersebar di berbagai kota dan manca negara. Semua itu tak lepas dari fadlal Allah SWT dan jasa-jasa para masyayikh dan guru-guru yang bersahaja di Madrasah TBS tercinta ini.
Beliau semua telah menebarkan cahaya-cahaya cinta, sehingga hidup menjadi terang bersinar meski kegelapan kian menghadang. Namun karena terangnya cahaya, gelap menjadi sirna. Cahaya-cahaya itu telah 92 tahun bersinar dalam jejak perjalanan TBS kita. Semoga mereka semua senantiasa diberikan pancaran cahaya terang dari dunia hingga akhiratnya.
TBS akan semakin kokoh dan kuat manakala semangat kolaborasi alumninya (IKSAB) dengan berbagai profesi yang tersebar di berbagai kota dan sejumlah negara selalu bergandengan tangan.
Kita para alumni bisa begini tak lepas dari jejak-jejak ilmiah dalam berinteraksi dengan para masyayikh dan guru-guru ikhlas penuh kesabaran di Madrasah TBS Balaitengahan ini.
Sungguh terlalu sayang dilupakan dan terlalu manis untuk dikenang. Mari kita berbagi peran menuju 100 tahun Madrasah TBS dalam menjawab tantangan lokal dan global. Semoga TBS semakin istiqomah dalam merawat tradisi dan menebar inovasi. Yes, We Can. Insya Allah. (smc-212)
Nur Said, Ketua Ikatan Siswa Abiturien (IKSAB) Madrasah TBS