SANTRIMENARA.COM, JEPARA – Dalam pengajian umum 1 Abad Qudsiyah bertema “Meneladani Dakwah KHR Asnawi” yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Qudsiyah (IKAQ) Jepara di halaman Masjid Baitus Salam, Mindahan, Batealit, Jepara pada Sabtu (30/07/2016), KH Yusrul Hana Sya’roni memaparkan sejarah singkat Madrasah Qudsiyah kepada ratusan hadirin yang datang.
Menurut putra KH Sya’roni Ahmadi Kudus tersebut, Madrasah Qudsiyah didirikan oleh KH Asnawi Kudus pada tahun 1337 H/1919 TU, ketika usia kiai Asnawi mencapai 56 tahun. Mengenai hari, tanggal dan bulan, tidak dijelaskan lebih lanjut.
Di awal berdiri, Madrasah Qudsiyah hanya ada dua kelas, yakni kelas sifir dan ibtida’ (3 lokal). “Guru pertamanya antara lain KHR Sujono, KHR Asnawi dan KHR Asy’ari Asnawi,” terang Gus Hana, panggilan KH Yusrul Hana.
Karena kekejaman penjajah Jepang, lanjutnya, Madrasah Qudsiyah pernah mengalami vakum atau kekosongan kegiatan belajar mengajar selama tujuh tahun, mulai tahun 1943 hingga 1950. “Diganti kegiatan Qira’atul Qur’an ba’dal Maghrib,” jelasnya.
Adalah KH Noor Badri Syahid yang membangkitkan kembali Madrasah Qudsiyah yang sudah lama vakum tersebut. Tidak dijelaskan detail riwayat lengkap tokoh ini. (Kini, Anda bisa baca KH Noor Badri Syahid, Pejuang Pendidikan Perempuan).
Dalam perkembangannya, pada tahun 1951 para kiai di Kudus sudah banyak yang mengajar di Qudsiyah, antara lain KH Ma’ruf Asnawi (Kiai Ma’ruf sepuh) dan KH Yahya Arif. “Belum ada tsanawi, apalagi aliyah,” imbuhnya.
Baru pada tahun 1953, Madrasah Qudsiyah mendirikan SMPI (tidak disebutkan kepanjangannya oleh Gus Hana), yang waktu belajarnya dimulai pada siang hari. Namun, pada tahun ini, ada lebih banyak kiai yang sudah ikut mengajar di sana, antara lain KH Yasin Jalil, KH Ma’sum Rosyidi, KH Sya’roni dan KH Ma’ruf Irsyad.
Hingga tahun 1960, SMPI diganti nama menjadi Tsanawi (MTs) Qudsiyah yang jam belajarnya sudah dimulai sejak pagi, sebagaimana madrasah formal lainnya. Madrasah Aliyah (MA) Qudsiyah baru didirikan pada tahun 1973. Ada 11 santri yang masuk, antara lain Najib Hasan, Fathurrahman, Sulthon dan Ahmad Subardi.
Kini, sedang mengembangkan pesantren bernama Ma’had Qudsiyah. Para santri Qudsiyah, tambah Gus Hana, hanyalah penerus amanat perjuangan KH Asnawi. Itu bisa dilihat dari ungkapan “khudz badala”, yang artinya, ambillah sebagai pengganti. Jika dihitung menggunakan sistem abajadun, jumlah totalnya adalah 1337 H, tahun berdirinya Madrasah Qudsiyah. Rincinya, huruf Kha: 600, Dzal: 700, Ba’: 2, Dal: 4, Lam: 30 dan Alif: 1.
Dalam rangkaian roadshow dakwah 1 Abad Qudsiyah yang ke-16 ini, KH Najib Hasan yang ketika itu mengisi sambutan mewakili panitia juga menjelaskan bahwa Madrasah Qudsiyah itu justru lebih dahulu didirikan oleh KH Asnawi sebelum mendirikan pesantren di Bendan Kudus. (smc-212)
Semoga keiklasan para pejuang agama menurun ke bawah. Diresapi para santri.