Bulan Ramadan sebentar lagi meninggalkan kita, namun perlu diketahui ada kebiasaan positif dari orang tua kita yang telah diajarkan sejak kita masih kanak-kanak, yakni pembiasaan berpuasa. Nampaknya kita mempunyai tanggung jawab moral untuk mengajarkan kembali kebiasaan positif tersebut untuk anak-anak mendatang.
Mengajari anak untuk ikut berpuasa sejak dini tergolong susah-susah gampang, pasalnya orang tua harus memahami banyak hal, agar anak berpuasa tetap dengan kondisi fisik dan psikis yang aman. Apalagi anak usia 5-7 tahun masih dalam proses pertumbuhan, dimana meraka butuh istirahat dan gizi yang cukup.
Melakukan stimulasi sejak dini, penting dilakukan oleh orang tua untuk membangun karakter positif dalam nilai agama. Melalui terbentuknya pembiasaan berpuasa, maka anak nantinya akan mencontoh perilaku tersebut. Lebih jelasnya, melalui pembiasaan berpuasa sejak dini mampu menerapkan pendidikan nilai serta moral yang baik kepada anak.
Pendidikan nilai, erat kaitannya dengan pendidikan karakter dan pendidikan moral bagi anak. Seperti mengajarkan anak agar tidak melakukan hal yang tidak baik dan membahayakan diri sendiri maupun orang lain, seperti berbohong, mencuri dan menipu (Santrock, 2008).
Penanaman nilai-nilai karakter pada anak usia dini merupakan tanggung jawab semua pihak, mulai dari orang tua, guru maupun masyarakat. Pola asuh sangat menentukan dalam pengembangan berbagai nilai-nilai karakter anak. Kontribusi orang tua melalui pola asuhnya, diharapakan mampu membimbing dan mendewasakan anak. Walau setiap orang tua memiliki orientasi pengasuhan yang berbeda, menekankan nilai-nilai agama harus menjadi prioritas.
Diantara nilai-nilai agama yang harus ditananamkan anak sejak dini adalah membiasakan puasa. Anak yang sudah dilatih untuk membiasakan puasa sejak dini, maka nilai-nilai karakter yang dimiliki akan berkembang dengan baik.
Menurut Huitt (2004); Pendidikan nilai (values education) merupakan proses penanaman nilai moral dan sosial serta melatih ketrampilan dalam mempraktikkan nilai tersebut. Dalam hal ini menggunakan nilai pendekatan yakni: penanaman (inculation), perkembangan moral (moral development), analisis (analysis), klarifikasi nilai (values clarification) dan belajar tindakan (action learning).
Penanaman nilai ini dianggap paling sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik bagi anak. Orang tua diharapkan memberikan contoh atau mampu memberi pemodelan dalam menjalankan puasa. Tujuannya agar anak tidak merasa dipaksa, serta pengukuhan positif bahwa berpuasa akan mendapatkan pahala dan kelak menjadi sebuah kewajiban saat sudah dewasa.
Selanjutnya, perkembangan moral dan analisis lebih menekankan pada aspek kognitif anak. Caranya dengan memberikan pemahaman bahwa puasa membuat badan lebih sehat dan menahan nafsu. Pemahaman tersebut disampaikan dengan diskusi kecil untuk membantu mengembangkan pola penalaran moral pada anak.
Terakhir, klarifikasi nilai dan belajar tindakan menguji kesadaran perasaan, nilai dan tindakan anak. Caranya dengan membantu anak untuk mengkomunikasikan nilai kejujuran berpuasanya kepada orang lain. Sehingga aktualisasi diri pada anak berdasarkan nilai kejujuran puasa, terukur dengan cara berinteraksi di luar.
Berdasarkan riset, nilai kejujuran merupakan nilai terpenting yang harus ditanamkan dan dilatih sejak dini. Sebab kejujuran bukan merupakan sifat yang dapat terbentuk dengan sendirinya, namun untuk dapat jujur diperlukan banyak latihan dan pembiasaan sejak dini. Nilai kejujuran tersebut akan tertanam dan dibawa dalam kehidupan masa depannya.
Pembiasaan puasa pada intinya adalah melatih agar anak mampu bersifat jujur, jujur dengan dirinya sendiri, serta jujur kepada orang tua. Kejujurannya akan diuji dengan tidak membeli jajan saat bermain maupun tidak makan saat tidak ada orang di rumah.
Selain nilai kejujuran, puasa juga dapat melatih nilai kedisiplinan pada anak. Baik disiplin waktu saat sahur maupun berbuka. Selain itu, juga tepat waktu dalam menjalankan sholat tarawih. Lebih lagi, anak dapat memenej waktu untuk melakukan hal positif dan bernilai ibadah saat seharian menjalankan puasa. Disiplin dinilai sangat penting ditanamkan dan dilatih sejak dini. Karena melalui nilai disiplin sejak dini, anak akan memiliki kepribadian yang baik, seperti tepat waktu dan menghargai waktu.
Pendidikan nilai yang tidak kalah penting adalah kepekaan sosial. Penting bagi anak untuk membiasakan dirinya bersosial dan bersikap peduli kepada orang lain. Caranya, tentu saja dengan menyiapkan atau memberi makanan kepada orang yang berpuasa. Sikap kepedulian sosial lainnya juga bisa ditunjukkan dengan mengajak anak untuk bershodaqoh.
Metode sosialisasi nilai dapat dilakukan orang tua kepada anak dengan berbagai alternatif, diantaranya memberikan nasihat, memberikan keteladanan (modeling), berdialog, memberikan intruksi dan memberikan hukuman untuk mendisiplinkan anak (Rita Eka, 2017).
Eyre (1993) menjelaskan, mengajarkan nilai dan moral pada anak banyak terpengaruh dari perbuatan yang dilihat dari lingkungannya. Selain itu, keberhasilan hidup manusia tidak hanya ditentukan kecerdasan intelektual semata, namun juga diperlukan keseimbangan kecerdasan emosional dan spiritual demi mencapai hidup yang sejahtera.
Baca artikel menarik lainnya disini.