Sorotan

Peran Pemuda Dalam Mensukseskan Pemilu Di Indonesia Masa Dahulu, Kini Dan Nanti

4 Mins read

Oleh: Taufiqur Rohman, M.Sy

(Dosen IAIN Pekalongan)

Semua  bangsa  dan  semua  umat   pemeluk  agama,  dan  semua  peradaban  di  dunia,  di  mana  saja  dan  kapan  saja,  mengakui  bahwa  pemuda mempunyai  potensi,  saham  dan  peran  yang  besar   dalam   setiap   perubahan  yang  terjadi  sepanjang   perjalanan  sejarah  kehidupan  mereka. Sejak peradaban  klasik  sampai  peradaban  kontemporer  selalu  ada  ruang  yang  tersedia  untuk  para   pemuda  dalam berkiprah,  mengaktualisasi  diri  dan  menampilkan   potensi  dan  perannya  di  tengah tengah  perjalan  sejarah bangsa dan umatnya khususnya dalam pemilu. Bahkan kitab-kitab suci  agamapun memperkuat   asumsi  yang  demikian.

Dasar  dan  motivasi   yang  menggerakkan  para  pemuda  baik pada masa dahulu, kini (sekarang) dan yang akan datang untuk  berperan  dalam perubahan-perubahan  bangsa  dan  masyarakat  untuk menjadi yang lebih baik secara umum khususnya dalam penyelenggaraan pemilu,  dapat di identifikasi sebagai berikut: Pertama, faktor keagamaan, karena dorongan   yang  benilai  dari ajaran agama, mereka memandangnya  sebagai  wujud  pengabdian  dan  ibadah  yang  wajib  dilakukan, tanpa  menuntut  imbalan,  melalui  perjuangan  dan  pengorbanan. Kedua, Kebangsaan, semangat nasionalitas yang mendorong  mereka  untuk  berjuang   agar  memperoleh   kehidupan  yang  lebih  sejahtera,  bersatu  dan adil   untuk  bangsa  dan  Negara, Ketiga, Keprihatinan,  karena  nasib  bangsanya  dan  dirinya  sendiri  yang  masih jauh  dari  yang   diharapkan,  baik  dalam   kehidupan   ekonomi,   politik, hukum   dan  lain-lain.  Semuanya  harus  diperjuangkan  dan  dirubah. Keempat, Kepentingan, Karena  adanya  dorongan  untuk  meningkatkan  kualitas diri,  kesejahteraan  hidup,  dan   status  sosial  yang  lebih  mapan.

Dahulu, pada  saat  bangsa Indonesia  memperingati  “Hari  Sumpah  Pemuda“ , (yang  kejadiannya  sudah  berlangsung  90  tahun  silam,  tepatnya  pada  tahun  1928 ) “Pemuda”  menjadi  issu  besar  dalam  pembicaraan  dan  slogan-slogan  di  media  masa, seperti  “Saatnya  Kaum  Muda  Memimpin“,  “Saatnya  Yang  Muda  Bicara“,  “Kapan  lagi  Pemuda  Akan  Tampil“   dan  lain  sebagainya.  “Sumpah Pemuda“   bagi bangsa  Indonesia  dianggap sebagai salah satu tonggak penting dalam perjalanan sejarahnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.  Kita  menjadi teringat pidato  Bung  Karno (Presiden  Indonesia  pertama):  “Berikan aku sepuluh pemuda maka akan kugoncang dunia“.

Baca Juga  Kurban Kerbau, Belajar Mudarah Dari Larangan Sunan Kudus Menyembelih Sapi

Tapi siapakah  yang  dimaksud dengan Pemuda?  Menurut  PBB,  yang  dimaksud dengan Pemuda  (Youth),  adalah seseorang  yang  berusia  antara  15 – 24  tahun, dan batasan ini disahkan dalam  International Youth Year  1985,  dan diakui  di  seluruh dunia. Namun di beberapa negara,  terjadi perbedaan definisi dan pengelompokan umur.  Misalnya saja  di  Indonesia,  kata   Pemuda dipakai   KNPI  (Komite Nasional Pemuda  Indonesia),  dengan  pengelompokan umur antara  17 – 40  tahun atau  HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda  Indonesia),  yang  mematok umur maksimal  40  tahun sebagai anggotanya. GP. Ansor  (Gerakan Pemuda Ansor) salah satu organisasi pemuda  Islam  yang  paling  besar jumlah anggotanya  di  Indonesia,  menetapkan batasan usia anggotanya antara usia  20 –  45  tahun.

Perubahan-perubahan di Indonesia sejak  zaman  penjajahan  menuju  langkah-langkah  “Kebangkitan  Nasional“,  terutama  yang  secara  transparan  melibatkan  kebangkitan para  pemuda-pemuda,  dapat  dibagi  dalam  tiga tahapan, antara lain: Pertama:  Menuju  Kebangkitan  Nasional   (1900 – 1945), berawal dari  mahasiswa Indonesia  yang  belajar  di  Timur  Tengah. Ditandai  dengan  munculnya  beberapa“ organisasi  Islam“   seperti   Jam’iyah  al-Khair  (1905),  Syarikat Islam (1912), Muhammadiyah  (1912), Al-Irsyad  (1915), Persis (1923), Nahdlatul  Ulama (1926),  Majlis  Islam  A’la  Indonesia / MIAI  (1937), Majlis  Syura  Muslimin Indonesia/Masyumi  (1943). Dengan berkembangnya organisasi-organisasi  Islam  tersebut, terjadi perubahan–perubahan orientasi   yang  signifikan di kalangan komunitas  Islam, baik sebagai  “umat”  maupun sebagai  “bangsa”. Periode ini melahirkan tokoh-tokoh pemuda,  seperti Cokroaminoto,  A. Wahab Hasbullah,  Mas  Mansur,  Agus  Salim,  Muhammad  Natsir, A. Wahid  Hasyim, A. Kahar Mudzakir, Sudirman,  Bung  Tomo,  dan  lain-lain. Ditambah dengan tokoh-tokoh pemuda nasionalis sekuler,  seperti   Sukarno,  Hatta,  Muhammad  Yamin,  Syahrir,  Ali  Sastroamidjaja. Selanjutnya mereka menjadi pemipin-pemimpin   Indonesia  modern.

Sekarang, Setelah  Kemerdekaan  Indonesia (1945- sekarang), untuk  mengisi  kemerdekaannya, terasa  sekali kebutuhan   Indonesia  terhadap  berbagai  macam  keahlian  yang  dimiliki  putera-putera  bangsa,  mulai dari  administrasi pemerintahan,  ekonomi–keuangan, ilmu dan teknologi, kesehatan rakyat,  pendidikan,   politik  dan  birokrasi, dan  lain  sebagainya. Di satu sisi semua hal tersebut membuka peluang-peluang,  tapi  di  sisi lain,  membuka persaingan-persaingan di antara putera-putera bangsa.  Tidak jarang dalam persaingan-persaingan ini terjadi usaha saling meminggirkan, dan saling memojokkan. Selama  masa  rezimOrde  Lama  di bawah kepemimpinan presiden  Sukarno, orde baru di bawah kepemimpinan presiden  Suharto, orde reformasi di bawah kepemimpinan presiden Prof. BJ. Habibie, presiden Abdur Rahman Wahid, presiden Megawati, presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan presiden Joko Widodo.

Baca Juga  Pesan Sosial Ibadah Kurban

Selama  masa-masa  tersebut pemuda-pemuda yang  tergabung dalam organisasi-organisasi  Islam, seperti GP. Ansor, Pemuda Muhammadiyah, Himpunan Mahasiswa Islam/HMI, Pergerakan Mahasiswa  Islam  Indonesia/PMII  dan  lain-lain  melakukan konsolidasi intensif. Pada waktu terjadi gerakan reformasi tahun  1966,  para  pemuda tersebut dengan bergabung dengan kekuatan pemuda-pemuda lain,  melakukan aksi demontrasi  di  jalan-jalan ibukota dan kota-kota besar lainnya sampai rezim Orde  Lama  jatuh dan digantikan rezim Orde Baru  di  bawah kepemimpinan   Suharto. Muncul nama tokoh-tokoh pemuda  Islam,  seperti :  M. Subchan  ZE, Emil Salim,  M. Zamroni,  Akbar  Tanjung,  Fahmi Idris,  dan  lain-lain,  mereka merupakan politisi-politisi muda  Islam (pada waktu itu)  yang   kemudian hari menjadi Menteri atau memimpin Lembaga-lembaga Tinggi  Negara. Disisi  lain  muncul tokoh-tokoh pemikiran  Islam   kontemporer,  seperti: Nurcholis  Majid, Abdurrahman Wahid, Imadudin Abdurrahim,  Amin Abdullah,  Amin  Rais,  dan  lain-lain.  Pemikiran-pemikiranmerekamempengaruhimasyarakat  Islam  di  Indonesia,  khususnya  para  pemuda-pemudanya. Dalam bidang sains dan  technology,  nama-nama  Prof. Baiquni,  Prof. Dodi Tisnamidjaya,  Prof. B.J. Habibie, dan  lain-lain. Mereka telah menyiapkan pakar-pakar Iptek  (ilmu pengetahuan dan teknologi) di  kalangan generasi muda  Islam, dan sekarang sudah cukup banyak  yang  telah menempati posisi-posisi strategis dalam industry berat  di  Indonesia.

Dalam bidang kebudayaan dan seni,  nama-nama  Umar  Khayam,  Rendra,  Usmar  Ismail,  Asrulsani, Kuntowijoyo,  dan  lain-lain. Mereka sejak muda sudah mempunyai pengaruh dan andil dalam perubahan-perubahan  di  bidangnya masing–masing. Secara kasuistik dapat dibuat ilustrasi tentang peranan pemuda  Islam  dalamperubahan  di  Indonesia,  adalahkelahiran  ICMI  (IkatanCendekiawan  Muslim  se-Indonesia),  sebuahorganisasi  yang  sering dipandang sebagai kumpulan elit Muslim  ini,   Organisasi Cendekiawan  Muslim  ini lahir secara resmi pada Desember 1990. Apapun kekurangan-kekuarangannya,  ICMI   telah ikut membuat perubahan  di  Indonesia,  antara  lain,  pada Pemilu  1992.

Baca Juga  Konsistensi SantriMenara.Com Diminta Dijaga

Nanti dari  mereka,  banyak  lahir  tokoh-tokoh   pemuda  yang    berpengaruh dan  pada  waktunya  mereka  menemukan  momentum  untuk  tampil  sebagai  pemimpin  umat  dan  bangsa  yang  ikut  mempengaruhi  perubahan di Indonesia khususnya dalam kontestasi pemilu yang jujur dan adil dengan berbagai kreatifitas dan inovasi yang progresifsebagai perwujudan kedaulatan rakyat untuk menghasilkan pemerintahan negara yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Baik dalam pemilu legislatif untuk memilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dan pemilu presiden dan wakil presiden untuk memilih pasangan presiden dan wakil presiden.

Komentar
Related posts
Sorotan

Dinamika Money Politik Dalam Pemilu Di Indonesia

3 Mins read
Dibaca: 2,414 Oleh: Taufiqur Rohman, M.Sy (Dosen IAIN Pekalongan) Memotret kondisi politik yang berkembang saat ini, sebagian besar masyarakat syarat dengan praktek…
kudusSorotan

Kurban Kerbau, Belajar Mudarah Dari Larangan Sunan Kudus Menyembelih Sapi

2 Mins read
Dibaca: 7,649 SANTRIMENARA.COM, KUDUS – Kurban kerbau memang tidak lazim di luar daerah Kudus, demikian juga sebaliknya kurban sapi adalah hal yang…
opinipendidikanSorotan

Pesan Sosial Ibadah Kurban

3 Mins read
Dibaca: 2,855 Oleh M. Nafiul Haris Hari raya kurban adalah momen paling bergengsi dikalangan umat Islam di dunia. Oleh karena itu kurban…

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.