SANTRIMENARA.COM, KUDUS – Ibadah haji adalah salah satu ibadah yang terkesan ekslusif bagi orang yang berduit. Ibadah prestise yang tidak semua orang bisa menjalankannya serta di Indonesia termasuk ibadah yang berlabel. Orang yang telah melaksanakan ibadah haji akan mendapat title pak haji atau ibu hajjah. Berbeda dengan ibadah lainnya, serajin apapun orang mendirikan shalat tidak ada yang memanggilnya pak musholli, serutin apapun orang menunaikan zakat dan menjalankan puasa tidak pernah kita mendengar orang memanggilnya dengan pak muzakki atau pak shoim.
Anggapan ibadah haji adalah ibadah ekslusif tidak sepenuhnya benar. Banyak yang kaya raya namun belum terbuka hatinya untuk menunaikan panggilan suci menunaikan ibadah haji. Tidak sedikit pula yang sudah masuk kuota haji namun ada halangan untuk menjalankannya bahkan ada yang sudah sampai di tanah haram tapi tidak dapat melaksanakan wuquf di Arafah sehingga ibadahnya tidak sah. Sebaliknya tidak sedikit orang yang secara lahiriah tidak mungkin bisa berangkat haji, namun kuasa Allah mengantarkannya menuju tanah suci menjalankan ibadah haji. Banyak kisah seorang pemulung naik haji, tukang bubur naik haji, tukang becak naik haji dan kisah lain yang terpubikasikan di media atau yang tidak. Ada juga yang belum berencana mendaftar haji tapi karena mendapat tugas dari pemerintah untuk menjadi TPHI (Tim Pemandu Haji Indonesia) atau TPHD (Tim Pemandu Haji Daerah) akhirnya atas fadhal dari Allah SWT bisa berangkat haji gratis tanpa biaya, bahkan masih mendapat “sangu” dan tanpa menunggu kuota haji yang menurut kabar di Kudus daftar tahun ini harus menunggu berangkat tahun 2038. Itulah sirr Allah yang dirahasiakan kepada siapa fadhalNya Dia berikan.
Adalah Sodikun, tukang kayu Madrasah TBS Kudus yang tahun ini mendapat kesempatan untuk menjalankan haji. Pak Dikun (biasa orang memanggilnya) adalah pribadi sederhana, sabar dan sangat berjasa dalam menyiapkan dan merawat meubelair madrasah. Atas jasanya pembelajaran di Madrasah TBS dapat berjalan dengan nyaman. Profesi tukang kayu ini ia geluti sudah sejak lama. Alumni TBS lintas tingkatan pasti mengenalnya. Di sini penulis tidak dalam rangka merendahkan profesi tukang kayu, tapi sedang menyampaikan bukti bahwa fadhal Allah diberikan kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Apapun profesi, jabatan atau status sosialnya. Profesi tukang kayu adalah profesi yang halal. Bahkan Rasulullah SAW pernah menyatakan bahwa pekerjaan yang paling baik adalah “Amalur Rajuli Biyadihi” atau pekerjaan seseorang dengan usaha tangannya sendiri. Sungguh tetes keringat Pak Dikun tidak sia-sia, tahun ini ia memenuhi panggilan Nabi Ibrahim AS. Hanya orang yang menjawab seruan Nabi Ibrahim AS lah yang dapat menunaikan ibadah haji. Allah SWT berfirman dalam surat Al Hajj ayat 27:
وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالاً وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ (27)
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.”
Firman-Nya: wa adz-dzin fin naasi bil hajji (“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji,”) yaitu yang menyeru manusia untuk berhaji serta mengajak mereka untuk haji ke rumah yang telah Kami perintahkan untuk membangunnya ini. Lalu, diceritakan bahwa Ibrahim berkata: “Ya Rabbku, bagaimana aku menyampaikan hal ini kepada manusia sedangkan suaraku tidak dapat menjangkau mereka?” Allah berfirman: “Berserulah, dan Aku yang akan menyampaikan.” Maka, Ibrahim berdiri di maqamnya, satu pendapat mengatakan di atas sebuah batu, yang lain mengatakan di atas bukit Shafa dan yang lain mengatakan di atas Jabal Abu Qubaisy. Ibrahim berseru: “Hai manusia, sesungguhnya Rabb kalian telah menjadikan sebuah rumah maka berhajilah kalian.”
Dikatakan, saat itu gunung pun tunduk, hingga suaranya sampai ke pelosok bumi dan Allah memperdengarkan (sampai) kepada anak yang masih ada di rahim ibunya dan di tulang sulbi ayahnya. Semua yang mendengarnya; berupa batu, pasir dan pohon-pohon serta siapa saja yang telah dicatat oleh Allah untuk pergi haji hingga hari Kiamat (telah menjawabnya). Labbaik Allahumma Labbaik. Inilah kandungan makna perkataaan dari Ibnu `Abbas, Mujahid, `Ikrimah, Sa’id bin Jubair dan banyak ulama Salaf lainnya.
Kita tidak tahu apakah saat Nabi Ibrahim AS menyampaikan seruannya waktu kita masih di alam arwah kita tergolong orang yang menjawab seruannya dengan mengucapkan talbiyyah? Kewajiban kita adalah ikhtiyar bekerja yang giat, menabung yang rajin. Adapun nantinya bisa berangkat atau tidak bisa berangkat itu urusan Allah SWT. Jangan berpangku tangan menunggu fadhal karena kita tidak tahu apakah kita termasuk orang yang mendapat fadhal. Jangan merasa sudah tidak cukup usia karena kuota masih lama. Banyak orang yang berkesempatan ke tanah suci di usia senja dan tidak sedikit yang mati muda sebelum bisa menjalankan ibadah haji. Masih banyak ibadah selain haji yang bisa kita lakukan dan kita rutinkan. Rajinlah shalat, tunaikan zakat, berpuasalah di bulan Ramadlan, hormati tamu, muliakan saudara, tetangga dan bersedekahlah sehingga kelak nanti saat menunaikan ibadah haji kita tergolong orang suci yang mendapat panggilan suci dari Yang Maha Suci. Haji Mabrur tiada balasan baginya kecuali surga.
Dari Madrasah TBS Kudus tahun ini Pak Dikun bersama dengan 3 guru madrasah akan menjalankan ibadah haji. Semoga mereka dan saudara-saudara kita yang berangkat haji diberi kemudahan Allah dalam menjalankannya sehingga kembali mendapat predikat Hajjan Mabrura Wasa’yan Masykura Wadzanban Maghfura Watijaratan Lan Tabura. Santri Abadi (smc-777)