SANTRIMENARA.COM, NGAJI TAFSIR. Ahad, 11 Juni 2017 bertepatan dengan 16 Ramadan 1438, KH. Sya’roni Ahmadi melanjutkan tafsirnya. Ayat yang dibahas pada hari ini dimulai dengan ayat ke 50 surat Al Imran. Masih membahas tentang Nabi Isa putra Maryam.
Dalam Penjelasan KH. Sya’roni Ahmadi menyebutkan bahwa sahabat Nabi Isa yakni kaum Hawari percaya kepada Nabi Isa dan juga beragama Islam. Mereka juga berikrar untuk tetap setia kepada Nabi Isa dan mengakui kitab Allah yakni Injil dan beriman kepada Allah SWT.
KH. Sya’roni Ahmadi pada ayat ke 54 menjelaskan tentang pengepungan kaum Yahudi kepada Nabi Isa AS. Kaum Yahudi melakukan makar kepada Nabi Isa, namun Allah memberikan pelajaran dengan merubah komandan yahudi menyerupai Nabi Isa dan mengangkat Nabi Isa ke langit ke 2. “Allah adalah Dzat sebaik-baik pembalas tipu daya,” jelas Mbah Sya’roni
Pada ayat ke 55, KH. Sya’roni Ahmadi menjelaskan tentang majaz taqdim yakni kalimat yang seharusnya dahulu di akhirkan, dan yang seharusnya akhir di dahulukan. Pada ayat ini Allah SWT menyebutkan bahwa Allah lah yang bisa mematikan Nabi Isa dan mengangkatnya. Dalam kalimat tersebut, Allah mendahulukan kata mati dari pada kata angkat. Padahal sebenarnya, Allah mengangkat Nabi Isa dan baru akan membuat mati. “Kalau kita bilang, jam 4 perutku sudah kenyang setelah sahur. Kata kata ini juga merupakan majaz taqdim, karena seharusnya kita makan dulu baru kenyang,” terang yai Sya’roni.
Selanjutnya pada ayat 56 diterangkan bahwa orang-orang kafir disiksa Allah SWT di dunia, seperti waktu perang badar malaikat datang dan menyiksa kaum kafir. Mereka juga akan disiksa oleh Allah SWT di akhirat yakni di neraka tanpa ada yang membantu.
Ayat selanjutnya, KH. Sya’roni Ahmadi menjelaskan tentang sahabat Nabi Isa yakni kaum Hawari dan orang orang yang iman yang melakukan amal bagus maka akan mendapatkan imbalan berupa pahala. Cerita Nabi Isa dalam Al Qur’an ini adalah petunjuk. Jika ditanya tentang Nabi Isa yang tidak memiliki bapak, maka bisa dijawab bagaimana dengan Nabi Adam yang tidak memiliki bapak dan ibu. (SMC-199)