SANTRIMENARA.COM, NGAJI TAFSIR. Ngaji Tafsir KH. Sya’roni Ahmadi di Masjid Al Aqsha Menara Kudus memasuki hari ke dua. Terlihat Santri yang menyimak lebih banyak dari pada hari pertama. Santri menara memenuhi masjid hingga mengunakan tikar sampai di jalanan. Sebagian mereka juga membawa Al quran sebagian lagi membawa tafsir dan juga buku. Motor motor berjajaran hingga sekitar 300 m ke utara jalan dari masjid dan hingga perempatan jalan sebelah selatan masjid.
Ngaji Ngaji Tafsir KH. Sya’roni Ahmadi pada hari ini 1 Juni 2017, masuk pada surat Ali imran. Dalam penjelasannya pada ayat pertama dalam surat ini, KH. Sya’roni Ahmadi merujuk pada pendapat ulama bahwa ayat pertama hanya Allah yang mengetahui artinya, namun ketika orang membacanya meskipun tidak mengetahui maknanya maka akan tetap mendapatkan pahala.
Pada ayat kedua KH. Sya’roni Ahmadi menjelaskan tafsirnya bahwa Allah SWT tidak bertempat tinggal. Karena Allah SWT yang membuat tempat tinggal. Kalau dikatakan Allah ada dilangit, maka akan timbul pertanyaan; sebelum Allah menciptakan langit lantas Allah tinggal dimana? Begitu juga jika dikatakan di bumi. “Apalagi kalau disebutkan Allah SWT itu gemandul, itu tidak mungkin karena yang membuat itu semua Allah SWT,” terang kiai penulis kitab Al-Faraid al-Saniyah ini.
Turunnya Alqur’an
Sedangkan pada Ayat ketiga dan keempat KH. Sya’roni Ahmadi mengkhususkan menjelaskan tentang proses turunnya Al Qur’an. Dalam Al Qur’an terdapat kata Nazzala dan Anzala. Pada kata Nazzala menjelaskan turunnya Al Qur’an secara berangsur-angsur. Sedangnya kata Anzala menunjukkan turunnya kitab Allah yakni Taurat dan Injil secara langsung satu kitab. “Kenapa dalam Al Qur’an sama- sama kitab Allah SWT, tetapi menggunakan kata yang berbeda. Untuk Al Qur’an menggunakan kata Anzala dan Nazzala sedang kitab Taurat dan Injil hanya menggunakan kata Anzala? Hal ini karena Taurat dan Injil diturunkan langsung satu kitab, sedangkan Al-Qur’an turun dua kali; pertama turun secara langsung satu kitab, kedua diturunkan secara berangsur-angsur tergantung situasi kala itu,” terang KH Sya’roni Ahmadi.
Baca juga: Sejarah Nuzulul Qur’an Dalam Kajian Ramadlan Oleh KH Sya’roni Ahmadi
“Disini ada hal yang pelu dijelaskan bahwa Al Qu’an itu turun dua kali. Pertama, dari Lauh Mahfudz yang langsung 30 juz ke Baitul Izzah langit dunia, melalui Malaikat Jibril, ditulis oleh malaikat Safarah. Selanjutnya yang kedua turun kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsung angsur”, tambah KH. Sya’roni Ahmadi.
Ayat yang pertama diturunkan yakni Surat Al-‘Alaq karena situasi waktu itu masyarakat masih bodoh. “Bisa dibayangkan bahwa kita membuat patung sendiri lalu mengecatnya terus menyembahnya, bagaimana tidak bodoh? maka mereka diminta untuk belajar membaca agar faham dan mengerti ajaran Allah SWT,” terang KH. Sya’roni Ahmadi.
KH. Sya’roni Ahmadi menjelaskan kenapa surat pertama yang ada di Al Quran sekarang adalah Surat Al Fatihah bukan Al-‘Alaq. Hal ini karena susunan tersebut seperti susunan yang ada di Lauh Mahfudz bukan waktu turunnya Al Qur’an kepada Nabi Muhammad di bumi. (SMC-199)