SANTRIMENARA.COM, NGAJI TAFSIR. Pengajian Tafsir KH. Sya’roni Ahmadi pada bulan Ramadan ini sudah sampai pada hari ke dua belas, masih membahas surat Ali Imran. Pada Senin, 12 Juni 2017 bertepatan dengan 17 Ramadan 1438 H, Ngaji Tafsir KH. Sya’roni Ahmadi mulai dengan membahas ayat ke lima puluh sembilan surat Ali Imran.
Dalam Pembahasannya ayat ke lima puluh sembilan ini, KH. Sya’roni Ahmadi menerangkan tentang keheranan msayakat tentang Nabi Isa yang lahir tidak memiliki ayah. Tapi keheranan tersebut seharusnya ada pada Nabi Adam yang diciptakan tanpa bapak dan ibu. Allah SWT menciptakannya dari debu. “Dari debu disabda Allah menjadi Nabi Adam dengan secepat ucapan Kun,” terang Yai Sya’roni.
Sedangkan ayat selanjutnya menjelaskan tentang kisah Nabi Isa tersebut adalah benar. Kita tidak perlu ragu akan kebenaran kisah dari Allah SWT ini. “Ada yang kelewatan dengan menyebutnya anak Tuhan, namun ada yang keterlaluan dengan menyebut Nabi Isa anak zina. Yang harus kita yakini adalah Nabi Isa adalah Utusan Allah,” terang KH. Sya’roni Ahmadi.
Proses temurunnya ayat ke 61 dari surat Ali Imran ini menurut KH. Sya’roni Ahmadi adalah ketika kaum Nasrani Najran masih tidak peryaca dengan kisah tentang Nabi Isa. Selanjutnya Nabi Muhammad SAW bersama Hasan, Husain, Fatimah dan Ali, menemui kaum Nasrani Najran tersebut untuk bermubahalah. Mubahalah sendiri menurut KH. Sya’roni Ahmadi adalah adu kedikdayaan. Awalnya kaum Nasrani tersebut mau untuk bermubahalan dengan Nabi. Siapa yang kalah akan di tumpas. Namun ada salah satu dari mereka yang pintar yang mengatakan bahwa kaum nasrani akan kalah jika bermubahalah dengan Nabi Muhammad dan membatalkannya.
Selanjutnya kaum Nasrani Najran membayar pajak kepada kaum muslimin. Dalam ayat ini KH. Sya’roni Ahmadi juga menjelaskan tentang kaum kafir yang membayar pajak sedang kaum muslim tidak. Ini karena kaum muslim sudah membayar zakat, dan zakat tersebut lebih besar dari pada pajak. “Kalau sudah mencapai satu nisab umat Islam perlu membayar zakat terhadap hartanya. Untuk Nisab harta dagangan atau simpanan sekitar 77 gram emas murni kalau 1 gram seharga 500 ribu maka nisabnya adalah Rp. 38.500.000,-. Untuk penjual dawet dan gempol yang biasa keliling tidak kena pajak, karena belum sampai satu nisab,” terang KH. Sya’roni Ahmadi.
Pada ayat ke 62, KH. Sya’roni Ahmadi menjelaskan bahwa kisah yang disampaikan adalah hal yang benar. Hanya Allah Tuhan yang disembah. Pada ayat selanjutnya diterangkan bahwa jika masyarakat tidak percaya, sesungguhnya Allah maha mengetahui. Selanjutnya ayat ke 64 menjelaskan bahwa Nabi diperintahkan untuk menyampaikan kepada Yahudi dan Nasrani bahwa dalam kitab Taurat dan Injil sudah dijelaskan bahwa tidak boleh menyembah selain Allah, Jangan Syirik kepada Allah dan jangan mengaharap pemimpin selain Allah. Namun jika mereka masih tidak percaya, katakanlah kepada mereka untuk bersaksi bahwa saya adalah orang Islam.
Selanjutnya KH. Sya’roni Ahmadi menerangkan ayat ke 65 dari surat Ali Imran bahwa kaum Yahudi berpendapat bahwa Nabi Ibrahim adalah orang Yahudi. Maka Yahudi ikut agamanya Ibrahim. Padahal kitab Taurat dan Injil turun berselang ribuan tahun dengan masa Nabi Ibrahim. Pada ayat selanjutnya dijelaskan bahwa kalau bicara itu dengan hal yang diketahui jangan asal bicara. Seandainya hidup di zaman Nabi Isa atau Nabi Musa maka bicara tentang Nabi tersebut jangan bicara tentang Nabi Ibrahim.
“Pembicaraan dari kaum Yahudi dan Nasrani tersebut membuat sahabat Nabi Muhammad pada risau. Maka datanglah ayat ke 67 surat Ali Imran ini. Nabi Ibrahim tidak Yahudi atau Nasrani. Nabi Ibrahim itu nabi yang kuat agamanya dan beragama Islam serta Nabi Ibrahim bukan orang yang musrik,” jelas KH. Sya’roni Ahmadi. (SMC-199)