SANTRIMENARA.COM, KUDUS – Tidak banyak yang mengetahui kalau KH Ma’mun Ahmad, pengasuh Pondok Pesantren Tasywiquth Thullab Baletengahan Kudus adalah murid kinasih Mbah Asnawi Bendan Kudus. Karena itulah, ketika ada Gebyar Hari Santri tahun lalu, foto KH Asnawi dipasang berdampingan dengan foto KH Ma’mun Ahmad dalam salah satu kendaraan yang diarak.
Mbah Asnawi pernah meminta ijin kepada Ibunda Kiai Ma’mun ketika hendak mengajak menghadiri undangan acara maulid Barzanji ke Tayu, Pati. “Mbah Mi, anakmu tak ajak ke Tayu,” kata Mbah Asnawi ke Nyai Suparmi (istri Kiai Ahmad), ibunda Kiai Ma’mun. Ketika itu, Kiai Ma’mun belum baligh.
Dulu, kata Kiai Dzi Taufiqillah, putra Kiai Ma’mun, Mbah Asnawi sering mengisi acara pengajian ke daerah Tayu Pati. Dari Kudus, perjalanan ke sana ditempuh dengan dokar. Tayu jadi pilihan daerah dakwah karena ketika itu masih banyak orang yang tidak paham agama, bahkan banyak tidak memeluk agama Islam.
Untuk tujuan itu, Kiai Ma’mun diajak. Selain pengajian, metode dakwah yang digunakan adalah pembacaan Barzanji. Karena murid, Kiai Ma’mun tetap mengikuti khusyuk acara berjanjenan itu. Mbah Asnawi tetap sebagai imam Barzanji hingga selesai.
Ketika pulang usai doa ada amplop bisyaroh (honor penghormatan) yang biasanya diterima Mbah Asnawi. Namun, ketika mengajak Kiai Ma’mun, amplop berisi uang itu dimintakan Mbah Asnawi agar diberikan kepada muridnya, Kiai Ma’mun. “Kasihkan ke anak yatim ini aja,” pinta Mbah Asnawi kepada tuan rumah acara.
KH Ma’mun adalah putra KH Ahmad. Kiai Dzi Taufiqillah menuturkan, abahnya itu ditinggal wafat kakeknya Kiai Ahmad dalam usia balita. “Abah tidak pernah melihat wajah Mbah Ahmad,” terang Kiai Dzi, di Kudus, Sabtu (13/08/2016).
KH Ma’mun Ahmad adalah salah satu guru KH Hasan Askari, yang dikenal dengan Mbah Mangli, Magelang. Riwayat kedua ulama yang dikenal auliya’ itu akan bersambung dalam edisi cerita masyayikh selanjutnya di SantriMenara.Com. (smc-212)
semua seakan kembali dihadapan, tutur teladan dan canda yang begitu mengakar dalam relung relung gelap hati ini, dawuh itu menelanjangi imanku:
“dudu wong ahli tauhid yen ijeh khawatir besok mangan opo”
?
hadiyatan ilaa hadlrotihim alatihah..
Mbah Asnawi kaleh Mbah Ma’mun, Alfaatihah..
Mertua saya adalah murid mbah mangli yang di beri mandat Pendekar…..Mbah Mukirin Namanya, dari Temanggung