SANTRIMENARA.COM, KUDUS – Pepatah Arab mengatakan, tuntutlah ilmu dari lahir sampai mati. Ungkapan ini popular di kalangan para santri, tidak terkecuali bagi santri Lukman Hakim Saifuddin.
Meski sudah menjadi Menteri, kesempatan untuk mencari ilmu tidak dia lewatkan, terutama saat berada di majelis-majelis ilmu seperti di kampus dan pesantren. Hal sama dia lakukan saat berkunjung ke Kudus.
Usai menghadiri sidang senat terbuka STAIN Kudus, Menag Lukman nyantri ke Pondok Pesantren Yanbu’ul Quran. Selain Kakanwil Kemenag Jawa Tengah, ikut nyantri di pesantren ini, Kapinmas Mastuki, Direktur Pendidikan Tinggi Islam Amsal Bahtiar, Ketua STAIN Kudus, dan Sesmen Khoirul Huda.
Kehadiran Menag diterima oleh pengasuh pesantren KH. Ulil Albab, putera KH Arwani Kudus yang dikenal dengan sebutan Mbah Arwani. Berbincang sejenak, layaknya santri pada umumnya, Menag kemudian berziarah ke makam Mbah Arwani selaku pendiri pesantren.
Usai ziarah, Menag diterima di ruang tamu oleh KH Ulil Albab. Majelis ilmu pun dimulai. Sambil membuka-buka Kitab, keduanya tampak akrab berbincang terkait Al-Quran dan dinamika tafsir belakangan. Menag tampak serius mendengar pandangan-pandangan KH Ulil Albab terkait persoalan-persoalan kontemporer menyangkut tafsir Al Quran.
“Menimba ilmu,” demikian Menag menggambarkan pertemuan singkatnya dengan pengasuh Pondok Pesantren Yanbu’ul Quran, Kudus, Sabtu (29/10) di akun tweeternya.
Oleh KH Ulil Albab, Menag diberi sebuah kitab, karya ayahnya, yaitu: Faidh al-Barakat fi Sab’il-Qira’at. Kitab ini membahas tentang “qira’at sab’ah”, disiplin ilmu yang cukup langka di Nusantara. Dalam kata pengantarnya, diterangkan bahwa kitab ini ditulis saat Mbah Arwani menjadi santri KH Munawwir Krapyak (Yogyakarta), tepatnya saat mengaji kitab Hirzul-Amani wa Wajhut-Tahani karangan Shaikh al-Qurra Abu Muhammad al-Qasim as-Syathibi (w. 590 H/ 1194 M).
Pondok Pesantren Yambu’ul Quran didirikan oleh Mbah Arwani. Beliau adalah salah satu santri dari Mbah Munawir Krapyak.
Selain hafidz Al Quran, Mbah Arwani juga dikenal sebagai ulama yang sangat tekun dalam beribadah. Sewaktu masih belajar Qiraat Sab’ah pada KH. Munawir di Krapyak yang pelajarannya dimulai pada pukul 02.00 dinihari sampai menjelang Shubuh, beliau sudah siap pada pukul 12.00 malam. Sambil menunggu waktu pelajaran dimulai, beliau manfaatkan waktunya untuk melaksanakan sholat sunnah dan dzikir. Kebiasaan tersebut tetap berlanjut setelah beliau kembali dan bermukim di Kudus.
Tamat belajar di Pesantren Krapyak, Mbah Arwani kembali ke Kudus dan mulai mengajar Al-Quran pada tahun 1942 di Masjid Kenepan Kudus. Selain masyarakat kudus, santri Mbah Arwani juga berasal dari luar kota Kudus. Beliau membangun pondok pesantren yang diberi nama Yanbuul Quran pada tahun 1393 H/1979 M.
Ribuan murid telah lahir dari pondok yang dirintis KH. M. Arwani Amin tersebut. Banyak dari mereka yang menjadi ulama dan tokoh, antara lain: 1) KH. Syaroni Ahmadi (Kudus), 2) KH. Hisyam (Kudus), 3) KH. Abdullah Salam (Kajen), 4) KH. Muhammad Manshur, 5) KH. Muharror Ali (Blora), 6) KH. Najib Abdul Qodir (Jogja), 7) KH. Nawawi (Bantul), 8) KH. Marwan (Mranggen), 9) KH. A. Hafidz (Mojokerto), 10) KH. Abdullah Umar (Semarang), dan 11) KH. Hasan Mangli (Magelang). (Arief/mkd/mkd)
Source: WWW.Kemenag.Go.Id