SANTRIMENARA.COM, SURABAYA – Seminar Nasional dalam merangka Haul Agung Kanjeng Sunan Ampel ke 568 di Hotel Pesonna Surabaya, 30 April 2017 yang diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah MATAN dan STIBADA MASA yang di hadiri ratusan peserta dari kalangan Santri, Mahasiswa, Kyai, Asatidz, dan para undangan umum.
K.H. NG. Agus Suyoto dari Ketua LESBUMI NU, Menjelaskan bahwa bagaimana Sunan Ampel bisa diangkat sebagai menantu dari Kerajaan era Majapahit dan langsung diangkat menjadi raja dan Sunan kala itu. Dan bagaimana proses panjang sejarah Sunan Ampel berdakwah yang hari ini banyak kalangan kita yang lupa akan prosesnya dan arti penghargaan atas jasa-jasa beliau hingga hari ini.
Output dari acara semnas ini adalah membenarkan beberapa teori-teori yang salah tentang Sunan Ampel, membuka fakta yang ratusan tahun belum diketahui oleh kalangan umum, dan menjelaskan ulang tentang hal-hal yang belum diangkat dalam kaitan sejarah panjang Sunan Ampel.
Pembicara kedua adalah DR. K.H. Abdul Ghofur Maimoen dari PP Al-Anwar Sarang Rembang, yang lebih menjelaskan tentang aspek eksternal dari Sunan Ampel, siapa saja keluarganya, apa ajaran thoriqohnya, bagaimana hubungan dengan Syekh Siti Jenar, hubungan politiknya, hingga aspek model yang di ajarkan oleh wali songo.
Sunan Ampel memiliki kitab-kitab yang sangat luar biasa dizamannya, Pesantren Sunan Ampel juga memiliki kualitas yang luar biasa, dan sangat tidak mungkin jika Pesantren Sunan Ampel dianggap tidak ada. Dari para murid Sunan Ampel lahir para penerus yang luar biasa, seperti Sunan Bonang, Sunan Giri, dan lain sebagainya.
Menurut DR. Zainul Milal Bizawie, Sunan Ampel adalah sosok yang sangat tepat dan lengkap, sehingga Sunan Ampel menjadi pimpinan para Wali Songo. Metode dakwah Sunan Ampel terbukti bisa memengaruhi berbagai macam lapisan, dan ada kemungkinan Sunan Ampel belajar pada Ibnu Hajar Al-Asqolani. Dan banyak hal lain yang menjadi poin kritis tentang pemikiran pemuda hari ini.
Komentar