JAKARTA, Santrimenara.com-Para perempuan Indonesia memaknai Hari Kartini sebagai momentum perjuangan dan kesetaraan. Perempuan menjadi faktor penting dalam pemulihan ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19.
Hal ini menjadi rumusan dalam diskusi ‘Perempuan dalam Literasi Ekonomi Syariah’, yang diselenggarakan PP IPPNU, pada Rabu (21/04/2021).
Hadir dalam diskusi daring ini, beberapa narasumber: Sitta Rosdaniah (Sekretaris PCINU ANZ 2007, dan Pengurus PP MES), Herliana Dewi (Direktur Komersial I Sucofindo), Nina Kurnia Dewi (LKBN Antara), Safira Machrusah (Duta Besar RI di Aljazair 2016-2020), dan Nurul H Ummah (Ketua Umum PP IPPNU). Sedangkan, Ratu Dian Hatifah sebagai moderator.
Safira Machrusah, Dubes RI untuk Aljazair (2016-2018) mengungkapkan pentingnya mengkaji perjuangan RA Kartini. “Kartini merupakan tokoh perempuan yang menginspirasi Indonesia, dengan kemampuan literasi, kemampuan bahasa dan proyek emansipasinya, sehingga dia berhasil mendirikan sekolah,” ungkap Safira, yang juga Ketua Majelis Alumni PP IPPNU.
Sedangkan, Sitta Rosdaniah menjelaskan betapa pentingnya perempuan untuk memahami literasi keuangan dan konsisten belajar. Juga, perempuan dan laki-laki sebagai ikatan yang saling melengkapi.
“Suatu keberuntungan bagi kita ditakdirkan menjadi seorang perempuan. Karena bagi saya perempuan itu Yin-Yang, bagi laki-laki.Maka, kita sama-sama saling menguatkan. Kalau dalam bahasa ekonomi, itu kita barang komplemen, saling melengkapi,” ungkap Sitta, yang saat ini mengabdi di Kementerian BUMN.
Menurut Sitta, ada tiga kata kunci yang penting, yakni perempuan, pembelajaran-pendidikan dan ekonomi. Ketiganya saling berpadu dan melengkapi.
“Kita juga mengetahui bagaimana Srikandi Indonesia, Menteri Keuangan Ibu Sri Mulyani, sangat berharap ekonomi syariah di Indonesia ini juga jadi penggerak dalam peningkatan ekonomi. Saat ini, kita mengalami disrupsi yang riil, yakni Covid-19. Nah, sebagai pelajar Nahdliyyin, kita memaknai situasi ini sebagai berkah untuk mendorong kita untuk terus belajar,” terang Sitta.
Lebih lanjut Sitta mengajak para perempuan untuk aktif berjuang, bergerak dan mandiri. “Kita sebagai perempuan, harus selalu punya keyakinan seperti Ibu Kita Kartini, untuk terus memajukan Indonesia. Pada tahun 80-an kita pernah mengalami kemunduran ekonomi, maka kita harus tetap semangat, tidak usah galau. Juga, pada tahun 1998, pernah ada krisis ekonomi, tapi kita bisa bangkit,” jelas alumni ANU Canberra itu.
“Sebagai pelajar dan perempuan, kita harus sadar betul bahwa pendidikan dan kesehatan itu faktor kunci dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia,” imbuhnya kepada ratusan peserta diskusi daring.
Bagi Sitta, penting sekali untuk peningkatan literasi keuangan bagi perempuan. “Harus ada program edukasi publik terkait literasi keuangan, melibatkan pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat dan pelaku industri,” harap Sitta.
Para perempuan dan Srikandi Indonesia itu, tidak lelah mengabdi untuk negeri. Mereka terus berjuang, mengajar dan bekerja untuk kemaslahatan (*).