Baru-baru ini, Muhammad Taqiyuddin baru saja menyelesaikan studi magister dari salah satu kampus di Amerika Serikat, yakni University of Georgia pada jurusan Pendidikan Matematika.
Taqi, sapaan akrabnya, merupakan alumni Madrasah Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus angkatan 2012, sekaligus mondok di Pondok Pesantren Ma’had Ulumusy Syar’iyyah Yanbu’ul Qur’an (MUS-YQ) Kwanaran Kudus.
Taqi, menceritakan awal dirinya bisa mendaftar ke Amerika Serikat.
“Yang menyuruh saya untuk mendaftar ke Amerika dan terutama beasiswa Fulbright adalah Mas Arif Al Hakim, yang merupakan kakak tingkat saya di MUS-YQ. Sebelumnya mendaftar LPDP di Australia, namun belum rejeki. Tahun 2018, saya mendapat kabar lolos beasiswa Fulbright dan dari National Chiayi University di Taiwan. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya saya memilih Fulbright,” ungkap mantan ketua Pondok MUS-YQ ini.
Ia juga sangat bersyukur bisa diberikan kesempatan belajar di Amerika.
” Yang saya sangat syukuri di sini ada banyak, yakni musyawarah/diskusi di kelas yang hidup, feedback dari dosen yang konstruktif dan suportif, fasilitas library yang lengkap, dosen yang selalu responsif ketika dihubungi, dan juga writing center yang akan bantu kita untuk tugas mingguan, project akhir, maupun tesis, ” jelasnya.
Taqi, selama belajar di Amerika mendapati berbagai pengalaman menarik.
“Beberapa kali saya menyaksikan langsung beberapa orang masuk Islam. Biasanya mengucapkan syahadat setelah sholat Jumat dengan disaksikan banyak jama’ah. Sebelum ke University of Georgia dimana saya menjalankan studi S2, saya sempat ke Michigan State University untuk pelatihan bahasa dan culture. Michigan ternyata merupakan negara bagian dengan populasi muslim terbanyak, ” terang alumni Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) di Universitas Pendidikan Indonesia.
Ia mengungkapkan sangat lega atas keberhasilannya menyelesaikan studinya.
“Alhamdulillah, pertama merasa lega karena tesis sudah rampung. Kedua, pencapaian saya sebenernya hanya akumulasi bantuan yang saya terima dari banyak orang. Banyak kemudahan yang saya dapatkan datang dari banyak pihak termasuk dosen pembimbing, fasilitas writing center, dan tim penguji yang super baik. Tak lupa juga saya juga mendapatkan banyak mental support dari orang tua, teman, dan tunangan saya, ” jelasnya.
Taqi menambahkan saat wisuda ia berhasil mendapatkan nilai sempurna.
” Tidak ada prestasi spesial. Hanya IPK 4 dari maksimal 4 dan itupun “not a big deal.” Yang membuat bahagia sebetulnya adalah semangat-semangat kecil dari pembimbing dan penguji agar penelitiannya dipresentasikan di konferensi dan diteruskan lagi,” tambahnya.
Setelah dirinya diwisuda sekitar satu bulan yang lalu, ia berharap bisa berkontribusi kepada Indonesia dalam bidangnya.
” Semoga bisa berkontribusi bagi Indonesia dan dunia dalam bidang yg saya tekuni, yakni matematika dan pendidikan matematika,” harapnya.
Taqi juga berpesan kepada seluruh santri di manapun berada, utamanya santri TBS untuk tetap sopan dan tawadlu’.
“Fokus pada apa yang kita lakukan saat ini. Apapun yang ditekuni, tetaplah Istiqomah. Setiap orang punya jalan masing-masing. Tetaplah santun dan tawadlu,” pesan santri asal Jepara ini.