SANTRIMENARA.COM, SEJARAH – Malam itu jadi kenangan. Masyarakat berkabung atas meninggalnya KH Asnawi Bendan Kudus. Salah satu muassis Nahdlatul Ulama (NU) tersebut wafat pada 26 Desember 1959 TU/ 25 Jumadil Akhir 1379 H. Meninggal di usia 98 tahun ketika NU tengah melaksanakan Muktamar ke 12 di Jakarta.
Cerita KH Musta’in menyebutkan Mbah Asnawi sudah mengingatkan jika muktamar tersebut adalah yang terakhir dihadiri. “Kalau kiai tidak dapat hadir, maka kami harapkan doanya,” ujar Kiai Musta’in ke Mbah Asnawi yang ketika itu menjemput untuk membuka acara Muktamar.
Saking sedihnya ditinggal ulama besar, KH Turaichan Adjhuri pun mengenang wafatnya Mbah Asnawi dengan ungkapan عش غط. Jika diterjemahkan, maknanya adalah “Hiduplah engkau (Mbah Asnawi) dan lindungilah kami”. Walau sudah tiada, bagi Kiai Ahli Falak tersebut, Mbah Asnawi tetap ada dan hidup. Dawuh-dawuhnya diharapkan dapat menjadi pelindung ajaran ahlus sunnah wal jama’ah hingga kini.
Jika ungkapan empat huruf hijaiyah dari Kiai Turaichan itu dihitung menggunakan sistem abajadun, maka akan ketemu angkat 1379, tahun hijriyah wafatnya Mbah Asnawi. Ain: 70, Syiin: 300, Ghain: 1000 dan Tho’: 9. Jumlah totalnya jadi 1379.
Dalam rangka meneladani KH Asnawi itulah, Ikatan Alumni Qudsiyah (IKAQ) Kudus mengambil tema “Meneladani Dakwah KHR Asnawi” dalam roadshow dakwah di halaman masjid Baitus Salam, Batealit, Jepara, Ahad (30/07/2016) malam setelah Isya. Acara dilaksanakan dalam rangka 1 Abad Qudsiyah. Bagi para santri menara, silakan hadir jika tidak berhalangan. Ini pamflet pengumuman yang dikirimkan panitia ke email redaksisantrimenara@gmail.com. (bahaudin, smc-212)