SANTRIMENARA.COM, KUDUS – Suara tepuk tangan Santri Madrasah Taswiquttullab Salafiyah (TBS) pada Suluk Santri Menara 2017 pada Ahad (7/5) menjadi riyuh ketika salah satu Alumnus Madrasah TBS menyampaikan bahwa Ahmad Faiz menjadi lulusan terbaik di FIC Cabang Damaskus Syria untuk program strata satu.
“Saya cari nama saya di pengumunan kelulusan, tidak menemukan lalu saya masih bingung dan akhirnya teman saya mengatakan bahwa nama saya ada di atas,” terang Gus Faiz, sapaan akrab Dr. H. Ahmad Faiz, M.A di Aula Janggalan Kota Kudus.
Setelah lulus dari Universitas FIC Cabang Damaskus Syria, Guz Faiz melalui beasiswa universitas melanjutkan studi S2 di Libya. “Ada tantangan sendiri waktu saya kuliah di libya, disana saya menemukan beberapa mufrodat baru seperti kata zoos yang berarti dua,” jelas Pimpinan Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan ini.
Proses pendidikan di Syria dan Libya memiliki proses yang sama yakni mahasiswa harus lulus semua mata kuliah, jika tidak lulus satu mata kuliah maka harus mengulang semua mata kuliah. “Ini menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa yang harus bisa lulus semua mata kuliah, ada salah satu teman saya dari Afrika yang pintar di beberapa mata kuliah namun kurang pada satu mata kuliah dia harus mengulang sampai beberapa kali,” tambah Gus Faiz.
Setelah lulus dari FIC Tripoli Libya, Gus Faiz kembali ke Indonesia untuk khidmah di Indonesia. Namun pikiran untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya masih menjadi harapan. Akhirnya Gus faiz memutuskan untuk melanjutkan pendidikan S3 di Turki.
“Saya selalu suka dengan tantangan baru, pendidikan tinggi pertama saya di syria, yakni di benua asia, untuk pendidikan magister belajar di libya di benua Afrika dan untuk program doktor saya memilih di Turki yakni benua Eropa dan sebagian benua Asia,” ujarnya.
Menurut Faiz kelebihan beasiswa pemerintah Turki, mahasiswa boleh memilih mana universitas negeri yang menjadi tujuan belajar. Akhirnya Gus Faiz memilih Universitas Selcuk, Konya sebagai tempat belajar. “Selain menjadi mahasiswa, saya juga diminta untuk menjadi Dosen. Sementara beasiswa saya tidak diperkenankan untuk mencari tambahan penghasilan,”jelasnya.
Namun pihak universitas memberikan informasi bahwa kalau mahasiswa penerima beasiswa mencari pekerjaan tambahan memang tidak boleh, namun kalau diminta itu boleh. Selanjutnya pihak universitas mengurus visa untuk menajdi dosen pada program studi sastra arab.
Selama belajar di tiga negara Ahmad Faiz selalu mendirikan Pimpinan Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama yakni di Turki, Libya dan Syria. “Awalnya hanya ada Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI), sebelum ada Pimpinan Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama. Banyak warga Ahlussunah Wal Jamaah yang masih malu untuk menjalankan ajarannya secara terbuka. Untuk itu Pimpinan Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama di dirikan untuk mewadahi mereka,” ujarnya. (SMC-199)