SANTRIMENARA.COM KUDUS-Silaturahim Nasional (Silatnas) dan Ngaji Bareng Masyayikh yang diselenggarakan Ikatan Alumni Santri Abituren (IKSAB) Madrasah TBS lintas angkatan ini pada Sabtu, 23 Juli 2016 mendatangkan keynote speaker DR. KH. Abdul Muhayya, alumni Mc Gill University dan perwakilan dari masyayikh TBS, KH. Ahmadi Abdul Fatah, pengasuh pondok pesantren Al-Fatah, Kudus.
Muhayya, ketua Lembaga Penjaminan Mutu di UIN Walisongo Semarang menuturkan bahwa alumni santri abituren (IKSAB) TBS ini berbeda dengan alumni-alumni madrasah lain. “Perbedaanya adalah bahwa antara satu alumni dengan alumni lainnya itu memiliki hubungan emosional dan spiritual. Alumni TBS itu sudah cukup banyak dan tersebar di mana-mana, maka sudah saatnya, kini alumni TBS untuk mengumpulkan tulang yang pisah, menghimpun jaringan, untuk kemudian mengumpulkan kekuatan menuju kemajuan bersama.” Jelasnya.
Selain itu, tegas Muhayya, tugas utama para alumni TBS adalah mengawal akidah Islam berhaluan Ahlussunnah Waljama’ah kepada santri-santri TBS yang telah lulus dari madrasah, dan umat Islam pada umumnya.
Lebih lanjut, Muhayya menjelaskan bahwa agar organisasi IKSAB itu bisa maju dan berkembang minimal harus memiliki tiga tujuan, yakni IKSAB harus memprioritaskan Madrasah TBS sebagai Place of worship, tempat pengabdian.
“Pengabdian adalah harga mati bagi seorang alumni. Sebab keilmuan tanpa pengabdian adalah kesombongan.” Tutur pria paruh baya kelahiran Mayong, Jepara.
“Semisal ada alumni yang berkiprah dalam divisi media maka dengan medialah mereka berdakwah, atau semisal ada alumni TBS yang berkiprah di divisi ekonomi, maka lewat pemberdayaan ekonomilah dia berjuang, begitu seterusnya,” paparnya.
Hal ini menurutnya sesuai dengan potongan syair dalam kitab Kifayatul Atqiya’ Waminhajul Ashfiya’, “Falikulli wahidihim thoriqun min thuruqin (setiap diantara mereka itu memiliki jalan sendiri dari beragam jalan yang ada).”terangnya.
Kedua, organisasi alumni IKSAB ini harus bisa menjadi place of wealth, tempat untuk mendistribusikan kekayaan. Kekayaan itu tidak melulu diartikan sebagai materi, tetapi kekayaan spiritual, kekayaan untuk saling berbagi ilmu, jaringan, dan koneksi.
Ketiga, organisasi IKSAB harus bisa menjadi place of war strategy, tempat untuk mengatur strategi peperangan (kompetensi) atau dalam bahasa santri adalah munafasah. Strategi yang dimaksud adalah strategi untuk menggapai kebangkitan menuju kemajuan bersama. Oleh karenanya, para alumni santri TBS itu harus memiliki visi dan misi yang sama dalam rangka untuk menggapai tujuan yang sama.
“Hidupkan dan bumikan Islam berpaham Aswaja utamanya di bumi nusantara. Islam yang damai, Islam yang bisa memberikan rahmat bagi seluruh umatnya,” pungkasnya. (SMC-303)