SANTRIMENARA.COM, NGAJI TAFSIR – Ngaji Pasan 1438 H oleh KH M Sya’roni Ahmadi Kudus di Masjid Al Aqsha Menara Kudus pada Selasa (13/06/2017) mengkaji surat Ali Imran ayat 68 – 75. Delapan ayat tersebut menjelaskan tentang kedermawanan Nabi Ibrahim, upaya Yahudi membujuk Shahabat Nabi, kisah Bal’am bin Ba’ura dan sifat-sifat Ahli Kitab dalam menjaga amanah harta. Berikut kajiannya:
Surat Ali Imran ayat 68
إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ (68)
“Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman.”
Setiap orang yang tingkah lakunya bagus pasti banyak orang yang akan mengklaimnya. Demikian halnya dengan Nabi Ibrahim yang jadi rebutan Yahudi dan Nashrani sebagaimana ayat 67 sebelumnya. Keduanya mengklaim kalau Nabi Ibrahim adalah golongan mereka. Kebaikan Nabi Ibrahim memang luar biasa, beliau berkurban 1000 kambing, 100 onta dan 300 sapi. Kedermawanannya dipuji manusia, jin dan malaikat saat itu. Bahkan saking dermawannya Nabi Ibrahim sesumbar “Jangankan harta, jikalau saya dikaruniai anak dan disuruh Allah untuk menyembelihnya pasti akan saya laksanakan.” Atas ucapannya Allah menguji kebenarannya. Nabi Ibrahim dikaruniai anak dan oleh Allah diperintah untuk menyembelihnya. Karena ini adalah perintah Allah maka Nabi Ibrahim pun tega melaksanakannya, namun atas kehendak Allah pisau yang digunakan tidak mempan untuk menyembelih dan akhirnya diganti Allah dengan domba. Secara umum menyembelih anak hukumnya haram, namun jika itu merupakan perintah maka jadi wajib.
Baca juga ayat sebelumnya:
Q.S. Ali Imran ayat 59 – 67
Surat Ali Imran ayat 69
وَدَّتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يُضِلُّونَكُمْ وَمَا يُضِلُّونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (69)
“Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya.”
Orang-orang Yahudi mendatangi dan membujuk para shahabat yang miskin, seperti Muadz, Khudzaifah, Ammar. Mereka berharap dengan iming-iming harta para shahabat mau mengikuti mereka. Harapan mereka ternyata sia-sia, para shahabat menolak bujuk rayu mereka. Mereka beranggapan bahwa shahabat Nabi mudah ditaklukkan dengan rayuan harta sebagaimana kesuksesan kakek moyang mereka membujuk Bal’am bin Ba’ura. Kisah Bal’am bin Ba’ura diceritakan dalam Al Qur’an surat Al A’raf ayat 175 – 178:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آَتَيْنَاهُ آَيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175) وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (176)
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.”
Bal’am adalah ulama Bani Israil yang dibujuk oleh Yahudi dengan harta untuk melawan Nabi Musa dengan do’anya terkenal mustajab. Bal’am pada mulanya menolak bujuk rayu Yahudi karena ia tahu bahwa melawan Nabi tidak akan menang. Yahudi tidak patah arang, mereka mendatangi istrinya dan memberi iming-iming harta jika mau membujuk suaminya. Bal’am pun luluh oleh bujuk rayu istrinya, ia musuhi Nabi Musa dengan umpatan dan kata-kata kotor. Atas kelancangannya Bal’am diadzab Allah mati menjulurkan lidahnya seperti anjing.
Surat Ali Imran ayat 70 – 74
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَكْفُرُونَ بِآَيَاتِ اللَّهِ وَأَنْتُمْ تَشْهَدُونَ (70) يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (71) وَقَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ آَمِنُوا بِالَّذِي أُنْزِلَ عَلَى الَّذِينَ آَمَنُوا وَجْهَ النَّهَارِ وَاكْفُرُوا آَخِرَهُ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (72) وَلَا تُؤْمِنُوا إِلَّا لِمَنْ تَبِعَ دِينَكُمْ قُلْ إِنَّ الْهُدَى هُدَى اللَّهِ أَنْ يُؤْتَى أَحَدٌ مِثْلَ مَا أُوتِيتُمْ أَوْ يُحَاجُّوكُمْ عِنْدَ رَبِّكُمْ قُلْ إِنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (73) يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (74)
“Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, padahal kamu mengetahui (kebenarannya). Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya? Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya): “Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali (kepada kekafiran). Dan janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu.” Katakanlah: “Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui. Allah menentukan rahmat-Nya (kenabian) kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah mempunyai karunia yang besar.”
Dalam tata penulisan Al Qur’an jika ada مَاterletak setelah huruf jar dan ditulis pendek tanpa alif sebagaimana لِمَ تَكْفُرُوْنَ، عَمَّ يَتَسَآئَلُوْنَ، maka مَا nya adalah “ma” istifham (kalimat tanya).
Yahudi mengetahui sifat-sifat Nabi akhir zaman (Muhammad) dalam kitab Taurat, namun mereka merubahnya. Mereka mencampur aduk yang haq (taurat) dengan yang batil (perubahan isi taurat). Berbagai cara mereka tempuh untuk mengajak para shahabat untuk kembali kepada kekafiran. Sebagian dari mereka mengajak sebagian lainnya untuk masuk Islam di siang hari dan mengingkari Islam pada sore harinya. Mereka masuk islam dan murtad kembali untuk mempengaruhi para shahabat agar mengikuti jejak mereka, namun usaha mereka kembali gagal. Pimpinan Yahudi menyeru para pengikutnya untuk tidak percaya kecuali kepada sesama Yahudi.
Nabi Muhammad diperintah Allah untuk menyeru para shahabat bahwa petunjuk yang benar adalah petunjuk yang datangnya dari Allah yaitu agama Islam. Yahudi dan Nasrani adalah agama buatan manusia karena telah berubah dari wahyu aslinya.
Surat Ali Imran ayat 75
وَمِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِدِينَارٍ لَا يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ إِلَّا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ قَائِمًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَيْسَ عَلَيْنَا فِي الْأُمِّيِّينَ سَبِيلٌ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (75)
“Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: “tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. (Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.”
Di antara Ahli kitab ada yang amanah (dapat dipercaya) jika dipercayakan padanya harta seperti Abdullah Salam seorang Yahudi yang akhirnya masuk Islam. Ada juga yang khianat walau dalam menjaga harta yang sedikit. Mereka beranggapan bahwa menipu orang Arab baginya tidak berdosa. (smc-777)