SANTRIMENARA.COM, NGAJI TAFSIR – Ngaji Pasan 1438 H oleh KH M Sya’roni Ahmadi Kudus di Masjid Al Aqsha Menara Kudus pada Jumu’ah (09/06/2017) mengkaji surat Ali Imran ayat 42 – 46. Lima ayat tersebut menjelaskan tentang wanita paling utama di dunia, hukum shalat berjamaah dan kisah nabi Isa AS. Berikut kajiannya:
Surat Ali Imran ayat 42 – 43
وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ (42) يَا مَرْيَمُ اقْنُتِي لِرَبِّكِ وَاسْجُدِي وَارْكَعِي مَعَ الرَّاكِعِينَ (43)
“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah mdemilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’.”
Allah SWT memilih Sayyidah Maryam dan menjadikannya menjadi wanita yang suci yang tidak tersentuh oleh lelaki. Allah juga menjadikannya wanita terbaik pada zamannya. Sedangkan wanita paling utama di dunia sepanjang masa ada lima:
- Maryam ibu Nabi Isa
- Khadijah istri Rasulullah SAW
- Fathimah putri Rasulullah SAW
- A’isyah istri Rasulullah SAW
- Asiyah istri Fir’aun, dibawah perawatan Fir’aun yang kafir Asiyah tetap Islam
Dari kelima ini yang paling utama adalah Maryam, ada yang berpendapat Khadijah dan ada yang berpendapat yang paling utama adalah Fathimah karena beliau adalah putri Rasulullah.
Asiyah dan Maryam termasuk wanita yang kelak di akhirat menjadi istri Nabi Muhammad SAW. Keduanya datang dan menyaksikan saat kelahiran calon suaminya yaitu Nabi Muhammad SAW sebagaimana dikisahkan dalam Al Barzanji:
حَضَرَ أُمَّهُ لَيْلَةَ مَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ آسِيَةُ وَمَرْيَمُ فِيْ نِسْوَةٍ مِنَ الْحَظِيْرَةِ الْقُدْسِيَّة
Pada malam kelahirannya yang mulia, hadir kepada ibunya Sayyidah Âsiyah dan Sayyidah Maryam disertai para bidadari dari surga.
Ayat “sujud dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’.” menjadi dalil hukum shalat berjama’ah. Terjadi perbedaan pendapat tentang hukum shalat berjamaah, ada yang menyatakan Fardlu Kifayah sebagaimana pendapat Imam Syafi’i, ada yang menyatakan Sunah Mu’akkadah, dan ada yang berpendapat Fardlu ‘Ain. Yang berpendapat fardlu ain berdasar pada hadits:
وَاَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِحَطَبٍ، فَيُحْطَبَ ثُمَّ آمُرَ بِالصَّلاَةِ فَيُؤَذَّنُ لَهَا، ثُمَّ آمُرَ رَجُلاً فَيَؤُمَّ النَّاسَ، ثُمَّ أُخَالِفَ إِلَى رِجَالٍ لاَ يَشْهَدُونَ الصَّلاَةَ، فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, ingin kiranya aku memerintahkan orang-orang untuk mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan mereka untuk menegakkan shalat yang telah dikumandangkan adzannya, lalu aku memerintahkan salah seorang untuk menjadi imam, lalu aku menuju orang-orang yang tidak mengikuti sholat jama’ah, kemudian aku bakar rumah-rumah mereka.”
Menurut Imam Syafi’i kisah nabi akan membakar rumah orang yang tidak mau berjama’ah justru menjadi dalil hukum shalat berjamaah tidak sampai fardlu ain tapi fardlu kifayah (ketika sudah ada yang melaksanakan maka gugur bagi yang lain). Karena ketika nabi membakar rumah berarti nabi tidak berjamaah bersama shahabat yang sedang shalat berjamaah.
Surat Ali Imran ayat 44 – 46
ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُونَ أَقْلَامَهُمْ أَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ (44) إِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ (45) وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَمِنَ الصَّالِحِينَ (46)
“Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa. (Ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh.”
Nabi Isa AS di sebut dengan “bikalimatin” karena nabi Isa diciptakan dari ungkapan “Kun” fayakun, bukan dari benih seorang ayah. Dalam Al Qur’an hanya nabi Isa AS yang namanya dinisbatkan kepada ibunya (Isa ibnu Maryam) karena biasanya nama anak itu dinisbatkan kepada ayahnya sebagai penolakan terhadap pendapat kaum Nasrani bahwa nabi Isa AS adalah putra Allah SWT.
Nabi Isa AS mengajak bicara masyarakat ketika masih bayi dan ketika dewasa. Ketika Maryam difitnah telah melakukan perbuatan zina nabi Isa AS yang saat itu masih bayi membelanya dengan berbicara kepada masyarakat:
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آَتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا (30)
“Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi” (Q.S. Maryam: 30)
Mendengar ucapan nabi Isa AS mereka berebut menggendong dan karena keanehan yang terjadi ada yang keterlaluan menganggapnya sebagai anak Allah SWT.
Nabi Isa AS dirafa’ (diangkat ke langit) saat berusia 33 tahun dan sampai sekarang masih hidup di langit shaf 2 dan kelak sebelum kiamat akan turun ke bumi selama 7 tahun dan berkeluarga. Sehingga salah jika dalam kalender ditulis “Wafat Isa Al Masih”. Sebagaimana dalam Q.S. An Nisaa’ ayat 159:
وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا
“Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab (saat nabi Isa turun ke bumi), kecuali akan beriman kepadanya sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.”
Usia Nabi Isa AS ketika di dunia adalah 33 tahun ditambah 7 tahun ketika turun ke bumi sebelum kiamat. Peristiwa luar biasa adalah atas kehendak Allah. Hal yang bersifat aneh biasanya dikaitkan dengan jin. Anggapan bahwa jin bisa mengetahui yang ghaib adalah keliru. Hal ini telah diungkap dalam Q.S. Saba’ ayat 14:
فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلَّا دَابَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ (14)
“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.”
Nabi Sulaiman meninggal saat mengawasi jin bekerja. Meninggalnya baru diketahui setelah satu tahun karena tongkat yang dibuat bersandar roboh dimakan rayap dan ia jatuh. Andai jin mengetahui yang ghaib maka ia akan berhenti bekerja karena majikannya telah meninggal dunia. (smc-777)